Berkunjung ke AS, Raja Saudi Pesan Kamar Hotel dari Emas

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz bersama Presiden Obama
Sumber :
  • REUTERS/Gary Cameron
VIVA.co.id
Obama: Trump Tak Layak Jadi Presiden
- Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz pada Jumat lalu berkunjung ke Amerika Serikat untuk bertemu Presiden Barack Obama. Untuk keperluan kunjungan bilateral itu, Salman memborong semua kamar di Hotel Four Season yang berlokasi di Washington DC. 

Obama Siap Antar Hillary Jadi Presiden AS
Dilansir dari laman Dailymail, Sabtu, 5 September 2015, total ada 222 kamar yang dipesan untuk rombongan Salman. Bahkan, tamu Hotel Four Season yang sudah menginap di sana, dipaksa mengungsi ke hotel lain yang berlokasi di sekitar hotel ternama itu. Padahal, Salman dan rombongan hanya menginap selama tiga malam.

Messi Kasih Kado Spesial untuk Putri Obama
Harga tarif kamar suitenya pun tidak main-main, mencapai US$2.000 atau setara Rp28 juta. Selain itu, pihak manajemen hotel turut menambahkan sentuhan lain di sana. Menurut seorang saksi mata kepada harian Politico, pengelola hotel menambahkan furnitur yang dilapisi emas pada pekan ini. Selain itu, mereka membentangkan karpet merah di jalan di area hotel hingga menyentuh aspal dan parkir hotel.

"Semuanya terlihat terbuat dari emas. Cermin emas, pinggiran meja terbuat dari emas, lampu dan bahkan rak untuk meletakan topi juga dari emas," ujar saksi itu.

Selain itu, jalanan di Georgetown ikut dipenuhi mobil SUV Cadillac milik rombongan Raja Salman. Di dalamnya terdapat rombongan keluarga kerajaan, asisten dan para diplomat. Ke mana pun Salman pergi, dia dikenal selalu memboyong rombongan dalam jumlah besar.

Yang terbaru, dia membawa sekitar 1.000 orang ketika berlibur di resor pantai mewah di area Riviera, Prancis. Pengelola pantai sampai harus menutup pantai demi Salman.

Ini menjadi kunjungan pertama Salman ke Negeri Paman Sam usai diangkat menjadi Raja. Kedatangannya ke AS juga menjadi kesempatan pertama Salman untuk bertemu Obama di Washington. Keduanya membahas mengenai perjanjian nuklir Iran. 

Sebelumnya, Salman melewatkan pertemuan dengan topik itu ketika digelar pertemuan negara Teluk Arab pada bulan Mei lalu di Camp David. Langkah itu, dinilai publik, sebagai kebijakan Saudi yang dianggap menghina Obama. Namun, kedua pemerintah membantah adanya interpretasi itu. 

Kendati kedua negara kerap bersitegang, tetapi AS dan Saudi saling bergantung satu sama lain ketika menyangkut isu keamanan, bisnis dan ekonomi. Saudi tetap menjadi negara eksportir minyak terbesar di seluruh dunia. Mereka tetap berkomitmen untuk memompa minyak kendati terjadi penurunan harga minyak mentah dunia. Fenomena turunnya harga minyak itu, justru malah membantu perekonomian AS.

(mus)



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya