Kunjungi Korsel, Presiden Jokowi Bahas Banyak Isu

Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden, Jakarta
Sumber :
  • Edi/Biro Pers-Setpres

VIVA.co.id – Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri, Edi Yusup menyampaikan rencana kunjungan kenegaraan yang akan dilakukan Presiden Joko Widodo dan Menteri Luar Indonesia, Retno LP Marsudi ke Seoul, Korea Selatan pada 15-18 Mei 2016.

Floratama Learning Center, Solusi Jadikan Labuan Bajo Flores Destinasi Super Prioritas

"Presiden (terlebih dahulu) akan bertemu dengan diaspora Indonesia di Gedung KBRI. Hingga kini sudah 1.400 diaspora yang mendaftarkan diri untuk bertemu Presiden. Selain itu, akan diadakan forum bisnis dengan 400 pengusaha, baik Korea maupun Indonesia," kata Edi, di Gedung Kemlu RI, Jakarta, Kamis, 12 Mei 2016.

Usai pertemuannya dengan para pengusaha, Presiden Joko Widodo lalu melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Korea Selatan, Park Geun Hye. Kedua pemimpin ini membahas kerja sama termasuk nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan badan-badan internasional antikorupsi, restorasi hutan gambut, pertahanan, penelitian, dan pengembangan energi.

Gibran Ungkap 5 Juta Peluang Lapangan Kerja di Sektor Kelestarian Lingkungan atau ‘Green Jobs’

"Isu Semenanjung Korea juga akan dibahas kedua negara," ungkap Edi.

Korea Selatan merupakan mitra dagang Indonesia dengan nilai ekspornya berada di urutan keenam dan nilai impor di posisi keempat. Total perusahaan Korea Selatan yang berinvestasi di Indonesia pada 2015 sekitar 2.200 perusahaan.

Ganjar Cerita Pemuda Modifikasi Mobil Bernilai Miliaran Urus Dokumen Kendaraan Dipersulit

Mengenai situasi di Semenanjung Korea, sebelumnya, China dan Rusia mendesak Amerika Serikat untuk tidak menempatkan sistem antirudal barunya, Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), di Korea Selatan.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, dan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, mengatakan, Amerika Serikat harus menghormati kekhawatiran mereka atas sistem rudal tersebut.

Penempatan rudal tidak saja mengancam isu perdamaian di Semenanjung Korea, melainkan justru menambah ketegangan dan bahkan bisa menghancurkan keseimbangan strategis di kawasan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya