Tim Medis: Militer Myanmar Lakukan Perkosaan Brutal

Pengungsi Rohingya di tempat penampungan sementara di Bangladesh, 9 September 2017.
Sumber :
  • REUTERS/Danish Siddiqui

VIVA.co.id – Para dokter yang merawat sebagian dari ribuan pengungsi Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh dalam beberapa pekan terakhir, menemukan luka-luka dan bukti fisik yang mengindikasikan adanya serangan seksual dengan cara kekerasan.

Pemkot Pekanbaru Minta Camat dan Lurah Pantau Penampungan Ilegal Pengungsi Rohingya

Media internasional Reuters mengatakan telah berbicara dengan delapan petugas kesehatan dan perlindungan di distrik Cox's Bazar di Bangladesh, di mana mereka mengatakan telah merawat lebih dari 25 wanita korban kasus pemerkosaan sejak akhir Agustus lalu.

Dr Niranta Kumar, koordinator di sebuah klinik yang dikelola Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan para dokter melihat luka-luka yang menunjukkan adanya serangan 'lebih agresif' kepada wanita.

Kekejaman Junta Myanmar! Rohingya Dipaksa Bergabung dengan Militer

Laporan petugas medis mengenai beberapa kasus yang didukung dengan catatan medis memperlihatkan adanya indikasi mengenai penganiayaan hingga pemerkosaan geng kepada perempuan tanpa kewarganegaraan, oleh angkatan bersenjata Myanmar.

Salah satu dokter kemudian menunjukkan tiga file kasus tanpa membocorkan identitas pasien tersebut. Salah satunya adalah seorang wanita berusia 20 tahun yang dirawat pada 10 September, tujuh hari setelah dia mengaku diperkosa oleh seorang tentara Myanmar.

Solusi Terbaik untuk Pengungsi Rohingya Akan Dirumuskan Dalam AICIS 2024

Dalam catatan berupa tulisan tangan tersebut, korban mengaku bawa tentara telah menarik rambutnya kemudian menggunakan senjata untuk memukul, sebelum akhirnya memerkosanya. Melalui pemeriksaan ditemukan adanya penetrasi secara paksa, pemukulan dan bahkan pemotongan alat kelamin yang disengaja.

"Kami menemukan luka di kulit, ini menunjukkan serangan yang sangat kuat. Serangan yang tidak manusiawi," kata petugas medis IOM, Dr Tasnuba Nourin. Dia juga melihat luka di bagian alat vital, tanda gigitan dan indikasi adanya senjata api yang digunakan sebagai alat kekerasan.

Namun, pejabat Myanmar menolak tuduhan tersebut sebagai propaganda militan yang dirancang untuk mencemarkan nama baik militer Myanmar. Selain itu, pihak militer juga mengklaim hanya terlibat dalam operasi kontra pemberontakan yang sah di bawah pemerintah, untuk melindungi warga sipil.

Zaw Htay, juru bicara pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan, pihak berwenang akan menyelidiki tuduhan serius yang diajukan kepada mereka.

"Korban pemerkosaan itu harus mendatangi kita. Kami akan memberikan keamanan penuh kepada mereka. Kami akan menyelidiki dan kami akan mengambil tindakan," kata Zaw Htay, dilansir Reuters, Senin, 25 September 2017.

Suu Kyi sendiri hingga kini belum memberikan komentar resmi mengenai banyaknya tuduhan penyerangan seksual yang dilakukan oleh militer terhadap wanita Rohingya, yang dipublikasikan sejak akhir tahun lalu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya