Misteri Munculnya Laki-laki Berbaju Serba Hitam di Ancol -2

Batavia tempo dulu
Sumber :
  • KITLV
VIVA.co.id
Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol
- Penyerbuan terhadap perkampungan laskar Mataram di mana Baureksa berada menemui perlawanan yang hebat dan pertempuran berlangsung satu lawan satu. Tumenggung Baureksa memimpin anak buahnya bertempur satu lawan satu melawan tentara Kompeni di sela-sela rimbun pohon hutan di luar Batavia.

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Prajurit-prajurit Mataram bagaikan melolong-lolong, melengking pekik mereka ingin merampungkan tugas mulia yang dibebankan oleh Sang Raja untuk mengenyahkan bangsa asing yang ingin menjajah ini.

Sampai dengan keluh tertahan tubuh mereka ambruk satu per satu karena jantung tertembus timah panas atau dada terbelah sangkur. Air Sungai Marunda pun berubah merah teraliri darah putra-putra pertiwi dari Mataram.

Kompeni pada akhirnya berhasil memusnahkan isi perkampungan ini, akan tetapi mereka lupa merusak benteng. Tumenggung Baureksa dan putranya gugur dalam pertempuran ini. Banyak perahu Mataram yang berlabuh di sungai Marunda dimusnahkan. Setelah penyerbuan ke perkampungan pasukan Mataram sepanjang sungai Marunda selesai, tentara Kompeni pulang.

Johan Neuhof (1618-1672), seorang Jerman, telah menerjemahkan sebuah buku berbahasa Belanda yang berkisah tentang kocar-kacirnya kubu VOC. Buku itu dia beri judul Die Gesantschaft der Ost-Indischen Geselschaft in den Vereinigten Niederlaendern an Tartarischen Cham, terbit pada 1669.

Selain berisi kisah, buku itu juga berisi 36 litografi. Neuhof berkisah ketika prajurit Mataram menyerang pertama kali ke Redoubt Hollandia—sebuah bangunan pertahanan kecil yang berbentuk menara—di Batavia pada 1628. Lantaran sengitnya perlawanan, para garnisun VOC pun kewalahan hingga mereka kehabisan amunisi.

Dalam kondisi kocar-kacir dan pasrah, seorang sersan bernama Hans Madelijn yang asal Jerman, punya sebuah gagasan sinting. Hans menyuruh anak buahnya untuk membawa sekeranjang penuh tinja. Kotoran manusia itu digunakan untuk menyiram para prajurit Mataram yang mencoba merayapi dinding bangunan pertahanan itu. Hasil gagasan Hans itu cukup manjur.

O, seytang orang Hollanda de bakkalay samma tay!”—O, setan orang Belanda berkelahi sama tahi—ujar prajurit Mataram dengan jengkel yang terkena serangan berpeluru jenis baru itu. Mereka pun bubar tunggang langgang. Lantaran, lawan memiliki cara bertahan yang tak biasa itu prajurit Mataram pernah menjuluki Redoubt Hollandia itu sebagai “Kota Tahi”.

Peristiwa konyol dan sungguh-sungguh terjadi itu juga dikisahkan ulang dalam naskah Babad Dipanagara. Kisah itu ditulis tatkala Pangeran Dipanagara mengisi waktu dalam pengasingannya di Manado pada awal 1830-an.

![vivamore="
Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia
Baca Juga :"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya