- ANTARA/Nyoman Budhiana
VIVAnews- Mulai 18 Maret 2012, warga Samarinda tak bisa lagi mengonsumsi nikmatnya khasiat telur penyu. Ini adalah larangan tegas yang dikeluarkan Polresta Samarinda. Pelarangan ini berpegang pada UU Konservasi Sumber Daya Alam dan PP No. 7 1999.
"Dalam PP tercantum bahwa penyu dan turunannya termasuk dalam hewan yang dilindungi. Untuk itu, ke depannya tak boleh lagi ada peredaran telur penyu yang termasuk turunannya," tutur Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Arif Budiman, Senin, 5 Maret 2012.
Langkah yang diambil oleh Polresta Samarinda itu sebenarnya sedikit terlambat. Sebab, sebelumnya di beberapa daerah lain seperti di Kabupaten Berau, sudah dikeluarkan larangan serupa.
Polresta Samarinda sendiri sedikit memberikan kelonggaran. Kepada pedagang yang hingga saat ini masih memiliki stok, agar segera menghabiskannya sebelum tanggal 18 Maret mendatang. Bila dalam tenggat waktu yang ditentukan masih terjadi penjualan penyu dan telurnya, maka polisi akan bertindak.
"Ancamannya jelas. Mereka yang mengedarkan telur penyu akan disanksi penjara 5 tahun dan denda 100 juta," imbuhnya.
Arif melanjutkan, khusus wilayah Samarinda pihaknya akan melakukan penertiban terhadap pedagang-pedagang yang berada di pinggir jalan. Nantinya, penertiban akan terus bergerak menindak para distributor. Namun, terlebih dahulu langkah persuasif dilakukan.
"Pemberitahuan sudah dilakukan kepada pedagang sejak 4 hari lalu. Bila masih bandel, penindakan terpaksa dilakukan," katanya.
Di Samarinda sendiri, harga telur penyu bervariasi mulai dari Rp8 ribu hingga Rp10 ribu per butirnya. Kisaran harga itu tergantung besar kecilnya telur. Banyak warga setempat yakin, telur penyu berkhasiat menambah vitalitas pria, maka tak heran banyak yang memburunya.
Terpopuler: 3 Posisi Seks Garang Hingga Hermes Bukan Termahal di Dunia
Sejumlah berita di kanal Lifestyle VIVA, sukses mencuri perhatian pembaca. Satu yang tak pernah absen yaitu soal edukasi seks, di mana kali ini membahas soal posisi seks.
