CEO Message ke-39 Menpar Tentang Generasi Zaman Now

Menteri Pariwisata, Arief Yahya
Sumber :
  • Miranti Hirschmann/Berlin

VIVA – Hari Minggu 26 November 2017 Generasi Pesona Indonesia (GenPI) bikin gebrakan lagi. Jika sebelumnya Kids Zaman Now yang peduli dengan pariwisata ini sukses melakukan kopdar yang sarat kegiatan positif yaitu Pasar Karetan di Kendal, maka kini event yang sama dengan konsep yang berbeda akan dibesut di tiga lokasi pasar sekaligus.

Kegep! Ada Cuplikan Sawah Bali dalam Video Promosi Pariwisata Filipina

Tiga lokasi tersebut yakni, Pasar Pancingan di Lombok diselenggarakan oleh GenPI NTB, di Pasar Baba Boen Tjit di tepian Sungai Musi, Palembang oleh GenPI Sumsel dan terakhir di Pasar Siti Nurbaya di Padang oleh GenPI Sumbar.

Konsep kegiatan offline ini bisa dibilang baru, karena selama ini format kegiatan GenPI lebih banyak fokus pada kegiatan online di media sosial dengan memposting destinasi wisata, calender of event, atau kebijakan kepariwisataan, dan setiap hari menjadi Trending Topic di Twitter.

Sandiaga Uno Ternyata Melow, Nangis Waktu Nonton Film Ini

Event berkonsep pasar ini hampir semua aktivitasnya bersifat offline dan bertujuan mengajak netizen, termasuk para followers, subscribers, friends dari para awak GenPI untuk ikut bergabung di satu tempat secara rutin setiap Minggu Pagi.

“Memang saya selalu berpesan kepada teman-teman GenPI agar selalu inovatif dan selalu fresh dalam menyelenggarakan kegiatan aktivasi komunitas. Kenapa begitu? Karena karakteristik anak-anak milenial memang suka yang inovatif. Agar komunitas GenPI ini tetap relevan, sustainable dan mampu menarik sebanyak mungkin followers dan friends maka setiap acaranya harus selalu mengandung unsur kebaruan, ujar Menpar.

Akatara 2021 Bakal Gaet Pelaku Perfilman Senior

Menpar mengatakan, bahwa ia sering menyebutnya 2C, yaitu creative value dan commercial value. Pertama, creatif dalam mengangkat tema-tema pariwisata di media sosial, dari soal desain, angel, pemilihan kata, interaktif di medsos, sampai mengemas event. Kuncinya, harus selalu fresh dan kekinian.

Kedua, event itu harus menciptakan nilai komersial yang bermanfaat bagi setiap anggota komunitas maupun masyarakat sekitar. Saya jelaskan ke anak-anak GenPI, dalam bisnis itu ada operational return dan non operational return. Di event seperti pasar-pasar itu, komposisinya 70-85% untuk masyarakat, 15-30% untuk menghidupi komunitas GenPI. Angka itu memang tidak terlalu besar bagi GenPI, yang besar justru di data customer di non operational returnnya.

Sekilas GenPI
Ide kelahiran GenPI sesungguhnya spontan saja. Semula GenPI dibentuk sebagai bagian tim pemenangan kompetisi World Halal Tourism Award (WHTA) tahun 2015 dan 2016. GenPI yang pertama adalah GenPI Lombok Sumbawa yang saya resmikan pada tanggal 3 Oktober 2016 di hotel Lombok Raya, kota Mataram.

Tak lama setelah dibentuk, GenPI langsung membuktikan kontribusinya dengan ikut menyukseskan vote kompetisi WHTA. Dan tak dinyana, hasilnya sungguh luar biasa. Indonesia berhasil memenangkan 12 penghargaan bergengsi tersebut dari 16 kategori yang dikompetisikan.

GenPI pula yang ikut berjasa memviralkan vote video Wonderful Indonesia di ajang UNWTO Award. “Setiap hari kita bikin trending topic di medsos dan hasilnya tak kalah luar biasa, dua kategori bergengsi kita menangkan sekaligus. Terakhir, GenPI kembali berperan dalam memenangkan polling online di laman Dive Magazine. Hasilnya, majalah pariwisata dunia asal Inggris itu lagi-lagi menobatkan Indonesia sebagai destinasi nomor satu di dunia selama dua tahun berturut-turut,” kata Menpar Arief.

Setelah GenPI, lanjut Menpar Arief, juga mulai membentuk Generasi Wonderful Indonesia atau disingkat GenWI yang mirip dengan GenPI. Jika GenPI memproduksi foto-foto, video, grafis, text story yang bagus dari destinasi wisata dan calender of events, GenWI membantu memviralkan di mancanegara. Pasar utama GenWI adalah wisatawan mancanegara di originasi tempat mereka tinggal. Jadi, GenPI lebih fokus ke destinasi, sedangkan GenWI lebih fokus ke originasi.

Menurutnya, GenPI/GenWI merupakan generasi milenial yang mempunyai kemampuan lebih dalam dunia internet. Mereka adalah generasi milenial berbasis komunitas yang memililiki aktivitas rutin dan aktif dalam mempromosikan Pariwisata Indonesia baik melalui blog atau medsos kepada masyarakat luas.

“Mereka getol dan tidak henti-hentinya menggunakan jari mereka untuk pariwisata Indonesia. Passion mereka memang di pariwisata. Setiap hari mempromosikan tema-tema pariwisata di Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, WeChat, Weibo, Line, Path, dan platform medsos lainnya,” tuturnya.

Agar peran mereka lebih efektif, Menpar Arief mendorong anggota GenPI menjadi entrepreneur terutama di destinasi tempat mereka tinggal.

“Kita sudah menyediakan platform ITX sebagai online marketplace yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh ekosistem industri pariwisata. Melalui ITX ini, GenPI bisa berkolaborasi untuk menjual paket wisata via online dan ini gratis. Mereka bisa ambil bagian menjadi tour operator, penyedia oleh-oleh, pengelola homestay, menjual paket-paket wisata, dan sebagainya. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui,” ujarnya.

Dalam konteks strategi media yang sering disebut Paid, Owned, Social Media dan Endorser (POSE), GenPI/GenWI merupakan Endorser. Sementara jika melihatnya dari konteks strategi Pentaheliks: Academician, Business, Community, Government, Media (ABGCM), GenPI/GenWI masuk dalam kelompok community dan sekaligus media (sosial).

Terkait dengan strategi POSE, Menpar Arief, memberikan catatan sedikit mengenai posisi dari GenPI/GenWI ini. Menurutnya dalam strategi komunikasi dikenal apa yang disebut Celebrity Endorser dan Digital Influencer.

“Saya lebih cenderung mengelompokkan GenPI/GenWI ke dalam Digital Influencer. Sedangkan penggunaan Celebrity Endorsers kita jalankan dengan menyewa artis (salah satunya Pevita Pearce) atau melalui kerjasama co-branding dengan 21 artis entrepreneur yang kita tandatangani MOU-nya beberapa waktu lalu,” ujarnya.

Apa bedanya Celebrity Endorser dan Digital Influencer? Kalau Celebrity Endorser umumnya adalah pesohor (umumnya artis, penyanyi, komedian, dan lain-lain) yang dikenal luas di masyarakat. Sementara Digital Influencer tak harus sosok yang dikenal luas, namun mereka tetap memiliki followers, fans, friends (3F) yang mungkin kecil tapi sangat solid dan powerful pengaruhnya, kata Menpar. (webtorial)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya