- VIVA.co.id/M Ali Wafa
VIVA.co.id – Pilkada serentak yang akan berlangsung pada 15 Februari mendatang menurut calon Wakil Gubernur nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat, adalah kontestasi memilih pelayan rakyat. Hal itu disampaikannya di acara pembekalan "Penggerak Militan Perempuan" Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
"Kami pada dasarnya pelayan ibu, abdi masyarakat. Ibu bisa suruh apa saja untuk kepentingan masyarakat. Misalkan, 'Pak, itu sungai kotor,' ya kami bersihkan. 'Pak, itu trotoar rusak,' ya kami perbaiki. 'Pak, enggak bisa sekolah,' ya kami berikan KJP (Kartu Jakarta Pelajar)," ujar Djarot di Kantor DPP PPP Menteng, Jakarta pada Sabtu, 28 Januari 2017.
Dia mengatakan yang menjadi bos atau juragan dalam pemerintahan adalah rakyat. Pada dasarnya, hal yang dijalankan pemerintah daerah harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat daerahnya.
"Kalau bos marah, maka enggak milih lagi, ngapain. Makanya, cari abdi negara yang sudah teruji, terbukti. Jangan cuma janji doang, di awang-awang, kan gitu," katanya.
Jika terus-menerus memilih untuk uji coba saja, kata dia, daerah tidak akan maju. Apalagi, menurut Djarot, untuk mengembangkan DKI Jakarta sebagai Ibu Kota negara tidak cukup program dijalankan selama lima tahun saja melainkan harus berkesinambungan.
Djarot menegaskan bahwa kepala daerah yang akan dipilih pada Februari 2017 mendatang oleh warga DKI Jakarta harus mampu menjadi pelayan yang dapat memberikan pelayanan konkret. Selain itu harus siap dengan keluhan warga setiap hari.
"Kami juga jadi sahabat ibu-ibu untuk mendengar curahan hati tentang kota Jakarta," tuturnya di depan para ibu kader dan simpatisan PPP itu. (ase)