Pelajaran Berharga dari Iran dan Ghana

Asamoah Gyan (tengah) merayakan gol
Sumber :
  • Reuters/Marcelo del Pozo
VIVAbola
Jalin MoU, Iran dan Indonesia Berbagi Ilmu Olahraga
- Dua pertandingan di hari ke-10 Piala Dunia 2014 mengajarkan saya dua hal, yakni arti sebuah kegigihan dan tidak memandang remeh lawan. Ya, kekalahan terhormat Iran, dan hasil seri Ghana melawan Jerman, membuahkan sebuah pelajaran berharga bagi saya pribadi.

Wanita Seksi, Kunci Agar Orang Ghana Suka Sepakbola Lokal

Sekilas, tidak ada yang menarik dari kedua pertandingan tersebut. Banyak orang pasti memprediksi Argentina dan Jerman akan menang mudah. Tapi, sepakbola mengajarkan kita untuk tidak meremehkan lawan. Dan itulah yang terjadi semalam.
Carlos Queiroz Mundur Sebagai Pelatih Iran


Layaknya kebiasaan yang dilakukan tim kecil atau non-unggulan belakangan ini, Iran pun memutuskan untuk menggunakan strategi "parkir bus" ketika melawan Argentina. Tim besutan Carlos Queiroz itu sadar hanya akan menjadi lumbung gol jika memutuskan untuk meladeni permainan menyerang Lionel Messi dan kawan-kawan.


Meski kerap dikritik oleh banyak pihak, taktik "parkir bus" memang selalu sukses membuat frustrasi lawan. Iran mengajarkan bahwa tidak perlu pemain bintang untuk membuat tim sebesar Argentina frustrasi. Cukup dengan kekompakan tim dan kegigihan di lini belakang, Iran nyaris meraih poin di Stadion Mineirao, Belo Horizonte.


Yang lebih mengejutkan, Javad Nekounam dan kawan-kawan juga mampu merepotkan pertahanan Argentina lewat serangan balik. Walaupun pada akhirnya Messi berhasil menjebol gawang Iran di
injury time
, namun perlawanan Iran ini mengajarkan kita untuk tidak pernah meremehkan lawan.


Hasil imbang 2-2 yang dipetik Jerman ketika melawan Ghana juga menunjukkan sebuah perjuangan yang luar biasa. Berdasarkan data dari situs resmi FIFA, statistik menunjukkan penguasaan bola kedua tim tidak jauh berbeda, yakni 59-41. Dua gol yang diciptakan Ghana hanya terpaut 9 menit, sebuah catatan yang impresif bagi tim ketika menghadapi lawan sehebat Jerman.


Penyerang Ghana, Asamoah Gyan, pun mengatakan tim berjuluk Black Stars itu menunjukkan jati dirinya. Sebuah tim yang hanya berada di peringkat 37 dunia ini berhasil menahan imbang tim yang saat ini menduduki peringkat 2 rangking FIFA. Tentunya para pemain Ghana patut berbangga hati.


Entah apa nama taktik yang digunakan Ghana saat melawan Jerman, toh akhirnya yang terpenting di Piala Dunia adalah hasil akhir. Dan realistis saja, menghadapi tim sekaliber Argentina atau Jerman, sudah sewajarnya bertahan adalah taktik yang paling tepat dilakukan.


Mungkin, tim besar seperti Spanyol dan Inggris harus belajar lebih banyak dari tim-tim yang dipandang sebelah mata ini. Tim yang mengandalkan kegigihan hingga tetes darah terakhir, dan jangan pernah meremehkan lawan.


Penulis: Viola Kurniawati/Media Officer Persija Jakarta
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya