Studi: Ekstasi Bisa Bikin Orang Lebih Sosial

jaringan narkoba internasional
Sumber :
  • ANTARA/Ujang Zaelani
VIVAnews
Shin Tae-yong: Pelatih Timnas yang Juga Mahir Kendarai Truk dan Mobil Setir Kanan
- Beberapa pengguna ekstasi mengklaim obat yang dikonsumsi membuat mereka menjadi lebih agresif. Klaim itu telah dibuktikan secara ilmiah oleh peneliti. Orang dengan pengaruh ekstasi menjadi lebih sosial.

GAC Aion Jual 1 Juta Mobil Listrik dalam Waktu Relatif Singkat

Kesimpulan itu didapat usai peneliti Universitas Chicago mengukur orang dengan ekstasi dan menunjukkan serangkaian gambar tertentu. Dari pengukuran, pengguna ekstasi tak begitu kuat dalam mendeteksi emosi negatif. Pengguna ekstasi lebih positif dalam melihat gambar yang disajikan.
Putri Marino Berani Mesra dengan Nicholas Saputra, Ini Reaksi Tak Terduga Chicco Jerikho!


Melansir
Live Science
, Jumat 9 Mei 2014, studi baru itu menunjukkan pengendalian ekstasi yang menyebabkan orang lebih reaktif atas rangsangan sosial.


Studi ini melibatkan 101 peserta antara usai 18 hingga 35 tahun. Peserta diberitahu mereka menerima obat penenang, stimulan (ekstasi), halusinogen, ganja atau plasebo (zat atau obat tidak aktif yang diberikan dengan cara yang sama seperti obat aktif). Tapi dalam praktiknya, peserta diberikan ekstasi atau plasebo.


Setelah itu, peneliti menunjukkan serangkaian gambar kepada peserta, pertama peserta disajikan gambar bertema adegan sosial, misalnya dua orang yang tengah berbicara. Peneliti juga menyajikan gambar tanpa orang, misalnya irisan pizza.


Selanjutnya, peneliti juga menunjukkan gambar ekspresi wajah yang berbeda dan meminta peserta dengan pengaruh ekstasi untuk mendeteksi gambar itu. Hasilnya peserta bisa mendeteksi emosi yang berbeda.


"Ternyata, mereka tak bagus dalam mendeteksi emosi negatif, misalnya mendeteksi marah atau takut," jelas Harriet de Wit, penulis studi dari Department of Psychiatry and Behavioral Neuroscience, Universitas Chicago, AS.


De Wit menambahkan, orang yang menggunakan ekstasi mengklaim mereka lebih sosial, lebih tertarik berinteraksi dan terhubung dengan orang lain.


Lebih lanjut, de Wit mengatakan, hasil pengukuran dengan gambar menunjukkan orang dengan pengaruh ekstasi kurang sensitif atas ekspresi negatif pada wajah orang lain. Dengan demikian, orang dengan pengaruh ekstasi lebih mungkin berinteraksi dengan orang lain, meskipun orang lain menunjukkan ekspresi wajah yang tak ramah.


Mengenai dampak ingin lebih sosial itu, peneliti mengatakan, didorong oleh adanya pelepasan oksitosin, hormon yang membuat orang merasa ingin terhubung satu dengan yang lainnya.


Dengan demikian, kata de Wit, kemungkinan besar peningkatan sosialisasi berkaitan dengan pelepasan oksitosin. Tapi, peneliti menegaskan hubungan antara pelepasan oksitosin dan efek sosialisasi bukan merupakan bagian studi yang dilaksanakannya. Hasil studi sudah dipublikasikan di Jurnal Social Cognitive and Affective Neuroscience edisi 27 Maret. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya