Teknologi Anti Rudal Bisa Deteksi Gejala Malaria

Rudal Harpoon buatan AS diluncurkan dari kapal selam
Sumber :
  • Doc. United State Navy
VIVAnews - Penyakit malaria telah menjadi problem bagi negara di dunia. Sebagai langkah pencegahan secara lebih dini, peneliti Australia menemukan cara yang unik untuk mendeteksi gejala penyakit tersebut. 
Manajemen dan Serikat Pekerja Freeport Teken PKB, Menaker: Bisa Jadi Contoh bagi Perusahaan Lain

Peneliti Monash University dan University of Melbourne, mengadopsi teknologi anti-rudal untuk mendeteksi gejala malaria, melansir CNET, Jumat 18 Juli 2014.
Jasad Ibu dan Dua Anak Korban Longsor di Garut Ditemukan

Peneliti memanfaatkan sistem teknologi Javelin, senjata anti tank yang telah dikembangkan militer AS pada 1996 silam.
Jeep Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Lebih Murah Usai Tak Laku, Berapa Harga Bekasnya?
 
Javelin telah digunakan AS untuk menjalankan operasi pembebasan di Irak pada Maret dan April 2003 silam. Sistem ini juga masih digunakan di Afganistan. 

Jika di tangan militer, sistem senjata itu digunakan untuk mendeteksi sumber panas dari senjata musuh, maka peneliti memanfaatkan untuk mengidentifikasi munculnya malaria secara lebih dini.

Kedua tim peneliti menggunakan detektor Focal Plane Array (FPA) untuk mengidentifikasi tahap pertama sel darah merah yang terinfeksi parasit.

Detektor itu awalnya didesain untuk bekerja dalam sistem Javelin yang mengejar panas. Detektor pencari panas ini menjalankan pencitraan inframerah mikroskopik dan mentransmisikan sinyal inframerah dari asam lemak dalam parasit malaria. 

Cara ini, kata peneliti terbukti mampu memberikan pembacaan penyakit pada tahap awal. Metode ini dipandang lebih baik dari metode sebelumnya, sebab mampu memberikan informasi sebelum seseorang menunjukkan adanya tanda penyakit. 

Metode terbaru itu juga mampu digunakan alat diagnosa yang lebih baik, bahkan dalam hitungan menit.

"Ada beberapa ujicoba yang sangat baik mendiagnosa malaria, tapi dalam hal sensitivitas ada keterbatasan dan metode terbaik saat ini membutuhkan waktu berjam-jam untum memasukkan keahlian mikrokospik," ujar Guru besar tamu Bayden Wood, peneliti utama Monash University.

Keterbatasan itu menurutnya jadi kendala bagi penanggulangan malaria khususnya di negara berkembang.

Cepat Menyebar

Masalah deteksi penyakit ini juga terkait dengan gejala penyakit malaria tidak begitu kentara. Sehingga, begitu muncul, berpotensi cepat menyebar dalam masyarakat. 

Dengan metode baru itu, dengan kecepatan diagnosa diharapkan bisa membantu menyelamatkan nyawa manusia dari penyakit yang salah satu tiga pembunuh anak-anak di dunia. 

"Pengujian kami mendeteksi malaria pada tahap yang sangat awal, sehingga dokter dapat menghentikan penyakit, sebelum penyakit membunuh manusia. Kami yakin hal ini jadi standar utama untuk pengujian malaria," ujar Wood. 

Tahap selanjutnya peneliti ingin menguji metode deteksi ini pada sebuah rumah sakit dan klinik di Thailand dengan menggandeng universitas setempat. 

Hasil penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal Analytical Chamistry. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya