Ditemukan Vaksin Ebola, Diklaim 100 Persen Ampuh

Tentara AS mendapat pelatihan Ebola sebelum diberangkatkan ke Afrika Barat.
Sumber :
  • REUTERS/Harrison McClary

VIVA.co.id – Wabah virus Ebola pertama menyebar dari Afrika sejak 1976 dan selama itu belum ditemukan vaksin yang benar-benar ampuh. Kini, ilmuwan pun telah berhasil menemukan vaksin yang 100 persen diyakini ampuh melawan virus Ebola.
 
Vaksin yang terbukti ampuh ini dikenal sebagai rVSV-EBOV. Vaksin yang telah dikembangkan sejak satu dekade lalu ini dibuat oleh Badan Kesehatan Publik di Kanada dan Angkatan Darat Amerika Serikat. Vaksin itu sekarang dilisensikan oleh Merck, perusahaan AS yang bergerak di bidang kesehatan.
 
Dilansir New York Times, Jumat, 23 Desember 2016, vaksin rVSV-EBOV belum disetujui oleh otoritas regulasi. Tapi, efektivitasnya sudah diuji dan laik digunakan sebagai obat Ebola. Bahkan, untuk persediaan darurat, sebanyak 300 ribu vaksin telah tersedia jika sewaktu-waktu virus tersebut mewabah kembali.
 
Keampuhan vaksin ini telah diujikan pada monyet. Saat monyet disuntikkan vaksin tersebut, seminggu kemudian diinjeksi virus Ebola, vaksin bekerja memproteksi monyet dari Ebola. Bahkan, hanya dalam waktu sehari saja, ketika disuntikkan vaksin, keesokan harinya diinfeksikan Ebola, vaksin tetap bekerja optimal.
 
Virus Ebola memiliki lima subtipe, yang paling umum ialah Ebola-Zaire, salah satu yang menyebabkan wabah Afrika Barat, dan Ebola-Sudan, Ebola juga terkait dengan virus Marburg, yang juga sama mematikannya.
 
“Vaksin yang ideal akan melindungi terhadap semua keturunan Ebola,” kata para peneliti.
 
Vaksin 40 tahun terakhir
 

Upaya menemukan vaksin Ebola sebenarnya telah dilakukan sejak wabah pertama kali di Zaire atau Republik Demokratik Kongo pada 1976. Tapi, kemudian upaya yang terkesan darurat itu pun terhenti, karena memang kekurangan dana.
 
Korban jiwa virus Ebola pada tahun itu memang hanya tercatat sekitar 1.600 orang. Namun, lama-kelamaan keanehan dan dampak kematian virus ini semakin menakutkan.
 
Hingga ledakan besar wabah terjadi pada tahun 2014, yang mana sebanyak 11 ribu orang Afrika meninggal dunia. Tidak hanya itu, virus juga menyebar ke luar negeri, menewaskan beberapa orang di Eropa dan Amerika Serikat. Barulah, ilmuwan dari negara belahan dunia ikut andil menemukan vaksin yang ampuh.
 
Dalam perjalanannya, vaksin pernah ditemukan oleh para ahli, dan diyakini ampuh melindungi dari wabah Ebola. Tapi, ternyata vaksin tersebut tidak memberikan perlindungan jangka panjang. Beberapa dari pasien yang menerima vaksin mengeluhkan efek samping, seperti nyeri sendi dan sakit kepala.
 
Hingga akhirnya, rVSV-EBOV jadi keputusan final para ahli, ampuh melindungi 100 persen dari Ebola. "Ini tentu kabar baik berkaitan dengan setiap wabah baru. Tapi kita masih perlu untuk terus bekerja pada vaksin Ebola,” ujar Direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular, Anthony S. Fauci.

Dua Tahun Pandemi COVID: 3 Kesalahan dan 3 Hal yang Harus Diwaspadai

Dia tercatat sebagai salah satu peneliti yang ikut mencari vaksin yang cocok untuk Ebola. (ase)

Kelelawar

Mirip COVID-19, Virus Baru dari Kelelawar Rusia Bisa Picu Pandemi?

Menurut riset para peneliti, seperti SARS-CoV-2, Khosta-2 juga termasuk dalam subkategori virus baru corona yang sama yang dikenal sebagai sarbecovirus.

img_title
VIVA.co.id
26 September 2022