Sparkrelief, Situs Penampungan Korban Bencana

Pasca tsunami Jepang
Sumber :
  • AP Photo/Kyodo News

VIVAnews - Bencana gempa dan tsunami Jepang tak luput dari perhatian berbagai organisasi kemanusiaan untuk bergerak memberikan bantuan. Tak terkecuali inisiatif yang memanfaatkan media internet.

Peluang Edukasi Gratis, Kemenkominfo Buka Workshop Literasi Digital untuk Masyarakat

Salah satunya adalah organisasi non-profit Sparkrelief, yang langsung membuat sebuah portal khusus untuk membantu korban-korban bencana Jepang. 

Melalui portal Japan Sparkrelief, organisasi ini menghimpun bantuan dari sukarelawan yang bersedia menyediakan rumah atau apartemen mereka, bagi korban yang kehilangan rumah, sebagai penampungan sementara.

Tumbuh 5,11 Persen, Ekonomi RI Kuartal I-2024 Lebih Tinggi Dibanding Negara-negara Ini

Pendiri Sparkrelief, Eli Hayes, mengatakan, cara ini diharapkan bisa mengurangi problem infrastruktur penampungan di lokasi bencana. "Bila Anda menargetkan masalah perumahan, Anda harus memecahkan semua problem tersebut," kata Hayes, dikutip dari situs Mashable.

Hayes mendirikan portal ini berdasarkan pengalaman masa lalunya saat ia dan kakaknya kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran hutan di Oakland AS.

Jepang Juara Piala Asia U-23 Usai Kalahkan Sang Penghancur Timnas Indonesia

Saat itu, Hayes dan kakaknya tidak punya banyak kenalan yang bisa menampung mereka, dan juga tidak mampu menyewa kamar hotel.

Akhirnya, mereka tinggal di rumah orang. Belakangan, Hayes menjadi tenaga pemadam kebakaran dan bergabung dengan militer. Saat daerah Boulder Colorado dihantam kebakaran hutan besar pada September 2010, Hayes mulai menampung korban-korban yang kehilangan rumah mereka. 

Namun, kesulitan lain yang saat itu dihadapi adalah bagaimana mendapatkan informasi dan berkomunikasi dengan beberapa rumah penampungan lainnya.

Japan Sparkrelief, situs penghimpun penampungan korban gempa Jepang

Dengan pengalaman inilah kemudian ia dan beberapa rekannya membuat sebuah situs yang bisa menghubungkan shelter-shelter ini untuk bisa bertukar informasi.

Model itu kemudian diterapkan pada portal yang ia bangun untuk turut membantu bencana di Jepang. Situs yang ia buat dalam waktu hanya sekitar 3 hari itu, dengan cepat menerima registrasi dari 40 orang, dan jumlahnya meningkat dua kali lipat pada pekan berikutnya. 

Angka itu memang terlihat kecil, namun inisiatif ini tentu saja bakal memberikan manfaat yang besar bagi korban yang tengah kesulitan. Hayes pun dengan cepat mendapat bantuan sukarela dari orang lain untuk menerjemahkan situsnya ke dalam bahasa Jepang.

Kini, portal itu tak hanya mendapatkan tawaran bantuan penampungan dari dalam negeri Jepang semata. Ada pula beberapa tawaran untuk menampung korban gempa Jepang di Eropa maupun di Amerika Utara. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya