- iStock
VIVAlife - Alzheimer merupakan kondisi matinya sel-sel otak secara bertahap. Alhasil, otak mengecil, sinyal-sinyal otak sulit ditransmisikan, hingga otak kehilangan fungsinya. Pukulan terbesar pada alzheimer adalah memori jangka panjang yang menghilang. Penderita Alzheimer bahkan tidak dapat mengingat informasi pribadi dan kehilangan kepribadiannya.
Studi terbaru yang dilakukan Radboud University Medical Center menghubungkan alzheimer dini dengan kurangnya tidur di malam hari.
Ketika anda tidak tidur malam, saat itu otak tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal, karena kandungan protein tidak bekerja optimal.
Ketua studi Dr Jurgen Claassen mengatakan, waktu tidur malam yang tidak teratur dapat menurunkan konsentrasi, yang pada akhirnya menjadi salah satu faktor perkembangan penyakit alzheimer.
"Kami pikir waktu tidur malam yang cukup bisa membantu mencegah terjadinya alzheimer dini," katanya, seperti dilansir Reuters Health.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS), Alzheimer adalah bentuk paling umum dari demensia dan penyebab utama kematian keenam di negara tersebut. Saat ini, tercatat 5 juta warga AS mengidap alzheimer.
Berbeda dari bentuk demensia lain, alzheimer sebagian ditentukan oleh akumulasi di otak dari protein amiloid - beta. Hingga saat ini, penyebab utama Alzheimer masih belum diketahui, tetapi Claassen meyakini plak amiloid - beta telah lama berakumulasi dan memainkan peran penting di dalam otak dan menjadi salah satu penyebab alzheimer.
Claassen dan rekan-rekannya memaparkan dalam JAMA Neurology bahwa penelitian pada tikus telah menemukan penurunan jumlah amiloid-beta dalam otak hewan yang cukup tidur. Itu menunjukkan tidur memainkan peran dalam membersihkan pembentukan protein amiloid-beta.
Untuk melihat apakah hal yang sama berlaku pada manusia, para peneliti merekrut 26 pria paruh baya dengan kebiasaan tidur yang normal memiliki kadar protein diukur sebelum dan sesudah tidur. Setengah pria ditugaskan secara acak untuk mendapatkan tidur malam yang baik sementara separuh lainnya tetap terjaga.
Para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang tidur malam dengan baik memiliki tingkat amiloid - beta dalam cairan tulang belakang mereka sekitar 6 persen lebih rendah di pagi hari, Sedangkan orang-orang yang tetap terjaga sepanjang malam tidak mengalami perubahan tingkat amiloid - beta mereka .
Claassen mengakui bahwa hasil timnya tidak membuktikan bahwa mendapatkan cukup tidur akan mencegah penyakit alzheimer, atau bahwa pembentukan plak amiloid-beta di otak merupakan menyebabkan kondisi tersebut .
"Kurangnya waktu tidur mungkin hanya salah satu dari banyak faktor risiko untuk alzheimer," katanya. (ren)