Turki Tunda Serangan di Suriah, Beri Waktu Pasukan Kurdi Ditarik

President Turki Recep Tayyip Erdogan - Presidential Press Office
Sumber :
  • dw

Turki menyepakati gencatan senjata di Suriah utara untuk membiarkan pasukan yang dipimpin Kurdi mundur. Kesepakatan tersebut dicapai setelah Wakil Presiden AS Mike Pence dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengadakan perundingan di Ankara.

Semua pertempuran akan dihentikan selama lima hari, dan AS bakal membantu memfasilitasi penarikan pasukan yang dipimpin Kurdi dari wilayah yang disebut Turki sebagai "zona aman" di perbatasan, kata Pence.

Namun tidak jelas apakah kelompok Kurdi YPG akan sepenuhnya menuruti kesepakatan ini.

Komandan Mazloum Kobani mengatakan pasukan yang dipimpin Kurdi akan melaksanakan kesepakatan gencatan senjata di wilayah antara kota perbatasan Ras al-Ayin dan Tal Abyad, tempat pertempuran sengit terjadi selama sembilan hari terakhir.

"Kami belum membahas nasib daerah lain," ujarnya.

Syrian Observation for Human Rights (SOHR), yang berbasis di Inggris, mengatakan pertempuran terus berlangsung di Ras al-Ain meskipun ada pengumuman gencatan senjata.

Lembaga pemantau itu mengatakan 72 warga sipil telah tewas di dalam wilayah Suriah dan lebih dari 300.000 orang mengungsi dalam delapan hari terakhir.

Apa pemicu serangan itu?

Turki meluncurkan serangan lintas perbatasan pekan lalu, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penarikan pasukan AS dari wilayah perbatasan Turki-Suriah.

Tujuan serangan tersebut ialah mengusir kelompok milisi Kurdi – Unit Perlindungan Rakyat (YPG) – yang dipandang Turki sebagai organisasi teroris.

Turki ingin memukimkan kembali hampir dua juta pengungsi Suriah di wilayah perbatasan, tapi sejumlah pihak memperingatkan bahwa rencana tersebut bisa mendorong pembersihan etnis terhadap populasi Kurdi setempat.


AS menekan Turki dan sekutunya untuk mengakhiri ofensif di Suriah utara. - AFP/Getty Images

Beberapa pihak menuduh Presiden Trump meninggalkan sekutu AS, karena Pasukan Demokratik Suriah (SDF) – kelompok yang didominasi oleh YPG – pernah bertempur bersama AS dalam melawan kelompok Negara Islam (ISIS) di Suriah.

Tetapi pada hari Rabu Trump mengatakan bahwa pasukan Kurdi "bukan malaikat", menambahkan: "Itu bukan perbatasan kita. Kita seharusnya tidak kehilangan nyawa karena itu."

Bagaimana reaksi Trump terhadap gencatan senjata?

Trump mengirim twit tentang gencatan senjata di Turki sebelum sang wakil presiden mengumumkannya; ia menulis: "Jutaan nyawa akan diselamatkan!"

Kemudian ia menambahkan: "Kesepakatan ini TIDAK MUNGKIN dilakukan 3 hari yang lalu. Perlu sedikit tindakan tegas untuk menyelesaikannya."

Pence memuji "kepemimpinan kuat" Donald Trump selama pengumuman itu, dengan mengatakan: "Ia menginginkan gencatan senjata. Ia ingin menghentikan kekerasan."

"Saya bangga dengan Amerika Serikat karena telah mempercayai saya dalam mengikuti jalan yang perlu, tetapi agak tidak konvensional," imbuh Trump di Twitter.

Hanya sehari sebelum pertemuan Pence-Erdogan, terungkap bahwa Trump telah mengirim surat kepada sejawatnya di Turki tentang serangan itu. Trump mendesak Erdogan: "Jangan keras kepala. Jangan bodoh!"

Setelah pengumuman gencatan senjata pada hari Kamis, ia menyebut Erdogan "pemimpin hebat" yang "melakukan hal yang benar".

Apa kata Turki?

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kepada wartawan bahwa serangan hanya akan dihentikan secara permanen setelah SDF meninggalkan zona perbatasan. "Kami menangguhkan operasi, bukan menghentikannya," ujarnya.

"Kami akan menghentikan operasi hanya setelah [pasukan Kurdi] sepenuhnya mundur dari wilayah."

Cavusoglu mengatakan Turki juga telah mencapai tujuannya yaitu merampas senjata berat dari para petempur yang berpihak kepada Kurdi, dan menghancurkan posisi mereka.

Pence mengatakan AS akan mencabut sanksi ekonomi yang dikenakan pada Turki setelah serangan militer berakhir, dan tidak akan menerapkan lebih banyak sanksi sampai saat itu.

Berbicara kepada Al Arabiya, politisi senior Kurdi Aldar Xelil mengatakan ia menyambut baik akhir dari pertempuran, tapi SDF akan mempertahankan diri jika menghadapi kekerasan.

James Jeffrey, perwakilan khusus AS di Suriah, mengakui bahwa pasukan yang dipimpin Kurdi tidak senang meninggalkan posisi mereka.

"Kami pada dasarnya melakukan upaya terbaik kami untuk membuat YPG menarik diri dengan menggunakan sanksi sebagai hadiah dan hukuman," katanya kepada wartawan.

"Tidak diragukan lagi bahwa YPG berharap mereka bisa tinggal di wilayah-wilayah ini."