Anggaran Stimulus RI Hadapi Corona Kecil dari Malaysia, Ini Alasannya

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani.
Sumber :
  • M Yudha Prastya.

VIVA – Pemerintah telah menganggarkan Rp405,1 triliun untuk menghadapi wabah virus corona (Covid-19) pada 2020. Angka tersebut sekitar 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih rendah dari yang dianggarkan Malaysia yang mencapai 10 persen dari PDB nya.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani menjelaskan, alasan mendasar mengapa alokasi anggaran tersebut jauh lebih rendah dari Malaysia. Itu karena alokasi bergantung kuat dengan kapasitas fiskal negaranya.

"Tentunya besaran stimulus ini sangat tergantung culture fiskal dan ekonomi negara masing-masing dan langkah penanganan masing-masing negara atasi dampak Covid ini," tegasnya saat telekonferensi, Selasa 21 April 2020.

Secara komposisi program penanganan, berdasarkan catatannya, Malaysia juga menggelontorkan dana tersebut untuk program jaring pengaman sosial, penundaan pajak, subsidi tagihan listrik, penurunan suku bunga hingga penangguhan pinjaman dan restrukturisasi.

Namun, mereka juga menggelontorkan dana tersebut untuk bantuan pembayaran upah pekerja yang bisa dibilang tidak langsung dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, Malaysia juga mengalokasikan dana untuk dukungan dunia usaha mencapai 6,7 persen dari PDB nya.

Secara umum, Askolani mengatakan, negara lain yang juga mengalokasikan anggaran cukup besar dari fiskalnya untuk penanganan corona yakni, Australia dan Singapura 10,9 persen, Amerika Serikat 10,5 persen, Kanada 6 persen, Jerman 4,5 persen dan Arab Saudi 2,7 persen.

Adapun yang menggelontorkan anggaran untuk penanganan corona jauh di bawah Indonesia diantaranya Perancis 2 persen, Italia 1,4 persen, Tiongkok 1,2 persen, Korea Selatan 0,8 persen dan Spanyol 0,7 persen.

"Kalau kita lihat eskalasi penyebaran ini extraordinary, tidak dibayangkan terjadi di dunia saat ini. Kalau tidak segera diatasi, nyata timbul masalah kemanusiaan, kesehatan dan dampak ke pengangguran, resesi ekonomi dan lainnya yang dihadapi dunia dan negara internasional termasuk Indonesia," tuturnya.