Misteri Puluhan Ular dalam Sarung Bantal di Malam Valentine

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc
RSPCA

Pihak berwenang di Inggris masih mencari pelaku yang meninggalkan 29 ular langka di dalam sarung bantal di Sunderland pada Februari silam, namun kasus ini telah membuat semua orang bingung. Berikut laporan Chris Stokel-Walker.

Malam sebelum hari Valentine, petugas pemadam kebakaran di pos stasiun pemadam kebakaran Farringdon, Sunderland, menerima tugas tak biasa.

Lokasi kejadian di tempat sampah di belakang pos pemadam kebakaran. Ada yang menggeliat di dalam sarung bantal bergambar tokoh kartun Buzz Lightyear.

Ketika dibuka, mereka menemukan 13 ekor ular piton royal. Panjangnya antara 60cm hingga 120cm.

Badan perlindungan hewan RSPCA segera dihubungi. Petugas kemudian mendapati ular-ular itu kedinginan dan kelelahan. Mereka pun segera menghangatkannya.

Keesokan harinya, tanggal 14 Februari, seorang dokter hewan setempat memeriksa ular-ular itu dan menyatakan mereka semua dalam keadaan sehat kecuali satu ekor, yang mati tak lama kemudian.

Lalu inspektur RSPCA Trevor Walker diminta menangani kasus ini. Ular-ular itu perlu dipindahkan ke kandang khusus milik RSPCA di Yorkshire, dan Walker mengajukan diri memindahkan mereka dengan mobil Volvo-nya.

“Ada 12 kantong ular, masing-masing isinya seekor. Mereka ada di bagasi mobil, hangat dan nyaman,” katanya.

Sesudah mengantar ular-ular itu, Walker melanjutkan harinya dengan urusan keluarga. Namun sebuah notifikasi masuk ke iPad miliknya.

Sekelompok ular ditinggalkan lagi di tempat yang sama. Kali ini ada seekor piton royal dan 15 ular jagung, sejenis ular belang tak berbisa, yang ditinggalkan di dua sarung bantal berwarna merah jambu.

RSPCA

“Ini bikin orang takut sekaligus kaget,” kata Alec Wood dari kelompok pecinta reptil North East Reptile Rescue, yang biasa menampung reptil peliharaan yang tidak bisa lagi dirawat pemiliknya.

“Itu tindakan kejam kepada hewan, dan tak ada yang ingin itu terjadi pada hewan apapun. Ini bisa membuat para pecinta reptil terlihat buruk,” katanya.

Dua temuan ini mendapat perhatian media lokal dan nasional.

“Tak lazim kita melihat jumlah ular sebanyak ini,” kata Walker.

“Terkadang memang ada ular yang kabur dari kandang mereka. Tapi untuk jumlah sebanyak ini, kemungkinan besar ini terkait dengan perdagangan, mungkin asalnya dari toko hewan,” tambahnya.

“Jika ya, mengapa toko hewan menelantarkan hewan-hewan yang nilainya besar ini?” katanya.

Penyelidikan RSPCA berlanjut, sekalipun mereka kesulitan karena tak ada rekaman CCTV untuk daerah itu.

Kelompok penyayang binatang PETA menawarkan uang £2.500 (sekitar Rp50 juta) untuk informasi tentang siapa yang meninggalkan ular-ular itu.

"Diperlukan kekejaman dan ketiadaan empati untuk membuang begitu saja ular-ular itu,” kata Direktur PETA Elisa Allen.

RSPCA

Diperkirakan ada 400.000 ular peliharaan di seluruh Inggris Raya, dan biaya pemeliharaan piton royal dan ular jagung tidak murah.

RSPCA merekomendasikan kandang atau vivarium yang terpisah, yang cukup besar bagi hewan-hewan itu untuk meregangkan badan, dan satu sisinya lebih hangat daripada yang lain.

Ruang penyimpanan harus ada ventilasi, tapi tingkat kelembaban harus diatur dengan hati-hati untuk menyamai kondisi di Afrika Barat, tempat asal piton. Untuk ular jagung, kondisi ruang harus menyerupai padang semak Amerika yang kering.

“Butuh banyak uang untuk memelihara ular-ular seperti ini,” kata Walker. “Sangat tidak lazim membuang mereka begitu saja”.

Spesialis perawat ular Alec Wood sepakat dengan ketidaklaziman itu.

“Jika ada yang mencoba membuang koleksi sebanyak itu, orang akan segera tahu,” kata Alec. "Jika bicara dengan komunitas pemelihara reptil di sekitar sini, atau kepada toko hewan, tak pernah terdengar ada yang berniat membuang koleksi sebanyak itu”.

Katanya, beberapa piton royal yang ditemukan itu merupakan jenis yang warna dan polanya (dikenal sebagai morph) langka. Salah satunya adalah morph laba-laba dengan warna kuning dan garis hitam yang halus.

“Ini jenis yang sangat mahal. Setidaknya dulu begitu,” kata Alec Wood.

RSPCA

Dengan begini, menurut Wood, bukan pemiliknya yang membuang ular-ular ini. Mungkin terjadi sebuah tragedi semisal perpecahan rumah tangga atau kematian mendadak sehingga orang yang ditinggalkan warisan ini tidak tahu ular-ular ini mau diapakan.

“Jika keadaan kita berubah sewaktu-waktu, kita tak punya cukup waktu untuk menyingkirkan koleksi sebesar itu dengan cara yang normal,” katanya.

Chris Newman dari Pusat Kesejahteraan Reptil Nasional (NCRW), di Kent, setuju bahwa kemunculan tiba-tiba ular-ular itu sangat aneh.

Para pemelihara ular saling terkait erat satu sama lain. Maka mereka seharusnya tahu ular-ular itu milik siapa.

Selain itu, ada yang ganjil dalam pandangannya. “Secara umum, orang yang suka ular jagung hanya memelihara ular jagung saja. Yang suka piton, akan merawat piton saja”.

Dengan alasan ini, ia curiga adanya upaya buruk untuk sengaja menodai reputasi komunitas pecinta reptil.

“Reptil selalu menarik banyak perhatian negatif dari kelompok perlindungan hak hewan, dan tak bisa dihindarkan untuk berpikir ada sesuatu di balik ini,” katanya.

“Jika tujuannya adalah menarik publisitas, maka membuang ular-ular itu langkah yang berhasil,” katanya.

Tapi siapa yang berniat melakukan hal seperti itu. Newman menyatakan ia tak tahu.

Alec Wood mengatakan ada yang merasa tak nyaman dengan keterlibatan RSPCA di sini, karena ada bukti historis penolakan mereka terhadap pemeliharaan hewan eksotik, termasuk ular.

Ketika penyusunan undang-undang kesejahteraan hewan, Animal Welfare Act, yang mengatur pemeliharaan hewan pada awal tahun 2000-an, ada kampanye untuk melarang pemeliharaan reptil. Upaya itu gagal, tapi para penyayang ular masih ingat kampanye tersebut.

RSPCA

Petugas hubungan media RSPCA mengatakan ada kekeliruan pandangan para penyayang reptil bahwa organisasinya menentang pemeliharaan hewan. Buktinya, menurutnya, RSPCA mengeluarkan informasi perawatan untuk membantu pemilik cara terbaik merawat hewan peliharaan mereka.

Sementara itu PETA menjawab dugaan bahwa kelompok pembela hak hewan membuang 29 ekor ular itu: “Tolong pahami bahwa PETA sangat menghormati dan melindungi ular. Menyatakan kami melakukan hal seperti itu adalah penghinaan”.

Sementara itu RSPCA terus melakukan penyelidikan. “Kami meminta kepada siapapun yang melihat hal yang mencurigakan terjadi pada dua malam itu, khususnya apabila mereka melihat adanya kendaraan di lokasi tersebut,” kata Trevor Walker.

Menurutnya, sudah ada “dua petunjuk” terkait misteri ini, tetapi Walker tak bersedia menyebutkannya.

Sejauh ini, kata Walker, polisi belum dihubungi untuk dimintai bantuan.