Menkeu Kritik Penjamin Emisi Garuda

Agus Marto Wardojo (kiri) berdiskusi dengan Anny Ratnawati (kanan)
Sumber :
  • ANTARA/Yudhi Mahatma

VIVAnews - Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengkritik kinerja penjamin pelaksana emisi atau underwriter Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam proses penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) sejumlah perusahaan pelat merah, termasuk PT Garuda Indonesia Tbk.

Selain itu, Agus meminta tim privatisasi BUMN memiliki ketajaman dalam negosiasi dan tidak terlalu berambisi memperoleh harga saham perdana yang tinggi.

"Jangan berambisi harga terlalu tinggi, tapi malah tidak bisa kesampaian," kata Agus Martowardojo dalam rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 24 Februari 2011.

Menurut Agus, pelaksana penjamin emisi atau underwriter, khususnya dari BUMN agar bisa meningkatkan profesionalitas kerja. Hal itu dibutuhkan agar privatisasi BUMN bisa dilaksanakan secara maksimal.

Agus menambahkan, akibat harga saham yang terlalu tinggi, underwriter akhirnya harus menyerap saham yang tidak terbeli oleh investor saat pelaksanaan penawaran umum saham perdana.

Sebelumnya, PT Danareksa Sekuritas bersama PT Bahana Securities dan PT Mandiri Sekuritas, sebagai penjamin pelaksana emisi penawaran umum perdana saham Garuda akhirnya menyerap 47 persen atau sekitar 3,008 miliar saham Garuda yang tidak terjual senilai Rp2,25 triliun.

Jumlah tersebut dibagi rata kepada tiga penjamin pelaksana emisi, sehingga masing-masing perusahaan sekuritas harus mengeluarkan dana Rp750 miliar.

Meski demikian, manajemen Danareksa (Persero), induk perusahaan Danareksa Sekuritas, menyatakan penyerapan saham perdana Garuda Indonesia tidak akan menggoyahkan likuiditas perseroan.

"Likuiditas kami cukup, kan baru terbitkan obligasi. Itu (penyerapan saham Garuda) kecil," kata Direktur Utama Danareksa, Edgar Ekaputra, belum lama ini.

Proses privatisasi BUMN menjadi sorotan setelah mencuatnya berbagai persoalan, di antaranya kekisruhan penjatahan penawaran umum perdana saham PT Krakatau Steel Tbk.

Proses privatisasi BUMN selanjutnya diramaikan dengan sepinya permintaan investor terhadap penawaran saham Garuda Indonesia. Dalam perdagangan perdana saham Garuda yang dipatok di level Rp750 per unit, harga saham perusahaan penerbangan nasional tersebut justru melemah.