Reaksi Investor di Asia Bercampur-Baur

Sumber :

VIVAnews - Indeks harga saham di sejumlah bursa utama kawasan Asia ditutup beragam di akhir transaksi, Kamis sore 19 Maret 2009. Keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) untuk mengucurkan dana US$ 1,2 triliun rupanya diartikan lain oleh para investor Asia, yang menilainya sebagai sinyalemen tak baik.

Padahal, dana tersebut untuk menurunkan bunga kredit perumahan dan pinjaman konsumen lain di AS. Tindakan ini diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi AS.

Indikator saham di Tokyo (Jepang) jatuh akibat naiknya nilai tukar mata uang yen. Indeks Nikkei 225 kehilangan 26,21 poin (0,3 persen) karena tindakan The Fed menghimpit mata uang dolar AS, sehingga berdampak pada ekspor Jepang. Indeks Hang Seng (Hong Kong) sedikat berubah dengan naik 0,1 persen menjadi 13.125,80.

Sedangkan indeks Kospi (Korea Selatan) turun 0,7 persen menjadi 1.161,81. Indeks Shanghai (China) ditutup menguat. Demikian pula dengan indikator saham acuan di Australia, Singapura, dan Thailand.

Sebagian besar bursa saham lainnya di kawasan Asia hanya sedikit menguat karena kekhawatiran atas industri perbankan dan kondisi ekonomi dunia.

"Kenyataan bahwa The Fed mengambil langkah besar ini bisa menjadi petunjuk betapa hal-hal buruk akan terjadi di AS, dan itu merupakan kabar buruk bagi Asia dan eksportir Asia," kata Ben Pedley, direktur pelaksana LGT Investment Management Ltd. di Hong Kong.

Sementara itu, nilai tukar dolar AS terhadap yen melemah menjadi 95,53 yen per dolar dari sekitar 99 yen per dolar sehari kemarin. Di perdagangan Asia, harga minyak mentah menguat.

Harga minyak mentah untuk pengiriman April naik 66 sen menjadi US$ 48,80 per barel. Kemarin, nilai kontrak jatuh US$ 1,02 menjadi US$ 48,14. Pasalnya, pemerintah AS melaporkan bahwa persediaan minyak mentah dan bensin berlebih. (AP)