Dahlan Ingin Soekarno-Hatta Sekelas Bandara di London

Industri Penerbangan - Mandala
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, ingin menjadikan Bandara Soekarno-Hatta seperti Bandara Heathrow yang ada di London, Inggris. Setidaknya, yang ditingkatkan adalah frekuensi penerbangan.

Dahlan, Kamis 24 April 2014, mengatakan bahwa sebelum adanya pengaturan di Bandara Soekarno-Hatta, frekuensi penerbangan tercatat ada 56 kali. Setelah diatur, frekuensi bertambah menjadi 64 kali. Dengan adanya penambahan frekuensi itu, urgensi pemindahan penerbangan di Bandara Halim Perdanakusuma pun bisa berkurang.

"Juli menjadi 72 kali. Urgensi pindah berkurang. Tahun depan, jadi 92 kali," kata dia, saat ditemui di PT Garuda Maintenance Facility, Cengkareng, Banten.

Dahlan pun cukup puas dengan peningkatan tersebut, meskipun frekuensi penerbangannya tidak mencapai 100 kali per hari sama seperti Bandara Heathrow.

"Memang mirip-mirip sana. Teman-teman belajar di sana dan bisa 100 kali take off. Berarti, kami (Bandara Soekarno-Hatta) bisa 100 kali nanti," kata dia.

Dahlan menilai, tidak perlu lagi membangun landasan pacu di Bandara Soekarno-Hatta. Sebab, pembangunan landasan pacu cukup rumit dan menelan biaya yang tidak sedikit.

"Menurut saya, tidak perlu (dibangun lagi). Uangnya Rp40 triliun. Kan, tidak perlu. Pembebasan tanah butuh waktu lama. Manajemennya saja diatur lebih baik," kata dia.

Landasan Dua Diklaim Sudah Maksimal

Dahlan mengatakan bahwa keberadaan AirNav (pengatur kelancaran penerbangan) cukup membantu pengaturan frekuensi penerbangan pesawat di bandara tersebut dan telah memaksimalkan landasan dua.

"Dulu, pesawat-pesawat tidak mau terbang di landasan dua. Banyak yang ngomong nggak mau dan minta di landasan satu," kata dia.

Lalu, AirNav meminta agar frekuensi penerbangan di kedua landasan itu diseimbangkan --tapi tidak disebut berapa kali frekuensi penerbangan di masing-masing landasan itu-- hasilnya antrean terbang pesawat pun berkurang. "Sekarang 4-5 unit. Dulu, 14 unit," kata Dahlan.

Memang, Dahlan mengaku sadar akan konsekuensinya, yaitu jarak tempuh landasan dua menjadi lebih jauh. "Turun di landasan dua itu lama baru sampai terminal. Senjata makan tuan. Saya terima karena konsekuensi," canda dia. (one)