Pemicu IHSG Ditutup Rebound di Level 5.188

Panel Perdagangan Saham di BEI
Sumber :
  • Reuters

VIVAnews - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia berhasil rebound, atau berbalik arah menguat pada perdagangan akhir Rabu 17 September 2014 kemarin.

Berdasarkan data BEI, IHSG ditutup naik 57,68 poin (1,12 persen) pada level 5.188,18. Sedangkan pada penutupan perdagangan sebelumnya, indeks bercokol di posisi 5.130,50.

Analis Asia Finansial Network, Agus Susanto Benzaenuri, mengatakan IHSG berhasil rebound, seiring sentimen positif bursa regional yang mayoritas menguat, setelah The People’s Bank of China (PBOC) akan menyuntikan bantuan likuiditas kepada lima bank di China.

"IHSG naik 57,68 poin (1,12 persen) pada level 5.188,18. Sedangkan rupiah, turun 5 poin pada level Rp11.908 per dolar AS," kata dia kepada VIVAnews.

Menurut Agus, tapi penguatan IHSG masih dibayangi aksi jual investor asing yang kembali terjadi hingga mencapai Rp553,55 miliar. Sementara itu, secara sektoral, semua sektor IHSG menguat ,dengan didominasi sektor keuangan dan properti.

"Tercatat, sebanyak 5,72 miliar saham ditransaksikan dengan nilai transaksi mencapai Rp5,67 triliun, dengan setiap tujuh saham yang menguat dan terdapat lebih dari dua saham yang terkoreksi," tambahnya.

Saham-saham yang menjadi pendorong pergerakan IHSG secara rata-rata tertimbang di antaranya saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM), saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).

Selain itu, tercatat LQ45 positif 1,31 persen pada 878.66. Sedangkan bursa Nikkei turun 0,14 persen pada level 15.888,67 dan Hang Seng melemah 1,00 persen pada posisi 24.376,41 poin. Namun, Shanghai Composite Index naik 0,52 persen ke 2.308,43.

"Bursa-bursa di Eropa juga bergerak naik. FTSE positif 0,17 persen, DAX naik 0,49 persen, dan CAC menguat 0,68 persen," tuturnya.

Purwoko Sartono, analis Research Division Panin Sekuritas juga mengaku bahwa IHSG ditutup berhasil rebound sebesar 1,12 persen, karena mengikuiti gerak bursa regional yang mendapat sentiment positif dari langkah PBOC yang siap mengucurkan stimulus untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. 

"The People’s Bank of China menyediakan dana kepada lima bank besar, sebagai langkah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga dilakukan, setelah melihat target pertumbuhan 7,5 persen tahun ini terancam tidak tercapai, karena kelesuan sektor properti. Pertumbuhan ekonomi China merupakan magnet kuat bagi kawasan sekitar," ujarnya. 

Purwoko menilai, efek dari stimulus China masih akan berlanjut. Meski di sisi lain, investor akan mencermati hasil keputusan pertemuan The Fed terkait kebijakan suku bunga.

Survei Bloomberg memperkirakan Ketua The Fed, Janet Yellen, tampaknya hanya akan menaikkan suku bunga secara bertahan dalam kurun waktu 2015-2017, meski pertumbuhan ekonomi stabil dalam beberapa tahun terakhir.