Uri-Uri, Cara Didi Budiardjo Abadikan Batik Pekalongan

Didi Budiardjo
Sumber :
  • Facebook/Didi Budiardjo
VIVA.co.id –
Panggung mode bukan hanya soal koleksi terbaru dari desainer, melainkan juga sebagai bentuk ekspresi perancang busana akan visi fesyen yang dia miliki. Ini ditunjukkan desainer Didi Budiardjo di panggung Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) 2015 di Ballroom Hotel Harris, Kelapa Gading.


Kali ini, Didi mengangkat kembali pamor Batik Pekalongan. Tidak hanya soal batiknya, Didi juga ‘blusukan’ mencari lokasi perajin batik di Pekalongan, guna memilih kualitas kain terbaik. Untuk itu, Didi bekerjasama dengan Dekranasda Pekalongan.


Alasan Didi mengangkat batik karena selama beberapa tahun terakhir, JFFF terus menerus mengangkat tenun, sehingga batik seolah terlupakan.

“Jadi pada JFFF tahun ini, kita mengangkat batik Pekalongan. Mengingat batik pekalongan sudah sangat terkenal di dunia internasional jadi kami melakukan inovasi," ujar Cut Mutia, Deputy Chairman JFFF 2015, di runag konferensi pers JFFF 2015, Hotel Harris, Jakarta, baru-baru ini.

Di tangan Didi, batik Pekalongan yang lekat dengan nuansa tradisional berubah wujud. Dia mengolahnya menjadi koleksi bergaya resort.


“Temanya Uri-Uri, dalam bahasa Jawa artinya melestarikan budaya,” kata Didi.


Lebih lanjut, Didi mengatakan dia sangat mencintai batik, terutama motif klasik.“Setiap motif batik itu ada artinya dan memiliki filosofinya masing-masing,” ucap Didi, yang selalu antusias merancang koleksi berbahan batik.


Adapun di panggung JFFF 2015, Didi menyuguhkan 43 koleksi batik Pekalongan. Didi sengaja mengambil gaya rancangan yang tidak biasa karena mengikuti filosofi batik Pekalongan itu sendiri.


“Batik yang dibuat masyarakat Pekalongan dikenal sebagai batik pesisiran yaitu batik yang dibuat diluar pakem Keraton Solo dan Yogyakarta. Batik pesisiran memiliki ciri khas yang kuat seperti motif jlamprang yaitu ragam hias Burung Hong dan motif Jawa Hokokai,” kata Didi. (ren)