Alasan Kontruksi Sarang Laba-laba Tak Perlu Diragukan

Gempa Cile 1960
Sumber :
  • Puerto Montt

VIVA.co.id - Ketua Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI), Masyhur Irsyam mengatakan, konstruksi Sarang Laba-laba saat ini, masuk dalam program akademisi, sehingga seharusnya pengguna konstruksi ini tidak perlu diragukan lagi. Sebab, telah mendapat rekomendasi dari kalangan perguruan tinggi.

"Konstruksi ini meskipun termasuk pondasi dangkal, namun memiliki struktur yang kuat dan rigid (kokoh)," kata Masyhur Irsyam dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 26 November 2015.

Saat ini, pondasi sarang laba-laba yang patennya dipegang PT Katama Suryabumi telah banyak dipergunakan untuk bangunan bertingkat sampai delapan lantai, jalan, bahkan untuk apron bandara.

Masyhur mengatakan, pentingnya melibatkan ahli tanah dalam mendirikan bangunan adalah untuk mengetahui kondisi tanah, serta pondasi apa yang tepat dipergunakan bagi bangunan yang akan dibangun di atasnya. Termasuk, dalam menggunakan konstruksi sarang laba-laba.

Menurutnya, kemampuan ahli tanah di Indonesia tak kalah dibandingkan ahli dari luar negeri, kecuali untuk proyek-proyek konstruksi yang dikerjasamakan dengan asing memang harus mendatangkan konsultan luar, seperti pembangunan proyek MRT, tetapi selebihnya kita semua yang mengerjakan.

Pemerintah, diakui Masyhur, memang sangat ketat dalam kebijakan penggunaan tenaga konsultan, termasuk tenaga ahli teknik tanah, seperti dalam tender pekerjaan konstruksi selalu mensyaratkan rekomendasi dari ahli semacam ini, apalagi untuk daerah rawan bencana.

Persoalannya, kebutuhan ahli teknik tanah di Indonesia masih sangat besar, apalagi untuk Provinsi DKI Jakarta yang memiliki tim penasehat konstruksi bangunan (TPKB). Peraturan daerah mengharuskan bangunan di atas delapan lantai harus mengantongi sertifikat yang diterbitkan TPKB. Karena di dalam terdapat rekomendasi bangunan itu harus tahan terhadap gempa.

"Kalau semua pemerintah provinsi memiliki tim ini, kebutuhan tenaga ahli teknik tanah semakin besar. Tetapi, kondisi sekarang saja masih kekurangan, ujarnya.

Masyhur mengatakan, terdapat beberapa daerah yang kondisi tanahnya tidak stabil, sehingga memang perlu penanganan khusus seperti di Hambalang Bogor Jawa Barat, Tol Cipularang Jawa Barat, Tol Semarang - Bawen Jawa Tengah, semua itu ada rekomendasi konstruksi dari ahli tanah.

"Apakah kita akan menggunakan konstruksi dangkal, dalam, atau konstruksi khusus. Semua itu ada angka hitungannya, tinggal melihat dari nilai ekonomisnya. Seperti di tol Cipularang, pilihannya ketika itu jembatan atau timbunan. Kalau jembatan, tentunya sangat mahal. Pilihannya, kemudian timbunan tentunya dengan pemeliharaan," ujar dia.

Konstruksi sarang laba-laba dikenal sebagai konstruksi yang banyak dipakai untuk daerah yang sering terjadi gempa, seperti di Aceh dan Padang. Tetapi, persoalannya belum semua pemerintah daerah memiliki Perda seperti DKI yang mengharuskan bangunan tertentu memiliki sertifikat.

"Memang, perlu komitmen yang kuat dari masing-masing pemerintah daerah. Tetapi, saya yakin sebagian besar pemerintah daerah, terutama di daerah bencana sudah mulai mengarah ke sana. Mereka tentunya ingin disain konstruksi yang aman bagi daerahnya."