Apa Alasan Utama Memilih Calon Presiden

Sumber :

VIVAnews - Survei exit poll Lembaga Survei Indonesia menemukan isu primordial tak lagi menjadi referensi pemilih dalam Pemilihan Presiden 2009. Lantas apa yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam membuat keputusan memilih pemimpinnya?

Direktur LSI, Saiful Mujani, mengatakan bahwa pertimbangan rasional telah mengalahkan politik primordial yang dikembangkan oleh para elit politik maupun tokoh masyakat selama ini. Faktor kepemimpinan umat yang dipercayai sebagai faktor penting yang paling mempengaruhi pemilih dalam memilih pemimpin nasional ternyata terbantahkan.

Data exit poll LSI menunjukkan bahwa masyarakat memilih capres-cawapres pada 8 Juli kemarin karena alasan prorgam yang meyakinkan para kandidat (38,6 persen), visi yang pro rakyat (35,6 persen), tokohnya mudah diingat (8,2 persen), ikut-ikutan pilihan keluarga (7,4 persen), ikut-ikutan pilihan orang lain (3 persen), sentimen agama (1,3 persen), pro perempuan (1 persen) dan lain-lain (5 persen).

Saiful menerangkan, ketika ditanya mengenai bagaimana perbandingan kondisi ekonomi yang dirasakan sekarang dibanding sebelumnya, para responden mayoritas menjawab lebih baik daripada sebelumnya. Hal ini, kata Saiful, memperlihatkan pola yang paling kentara bahwa sebenarnya pilpres 2009 ini merupakan pertarungan ulang antara SBY dan Mega.

"Orang akan lebih punya kecenderungan memilih incumbent (SBY) jika dia mempersepsikan bahwa kondisi ekonominya sekarang memang lebih baik dibanding pada pemerintahan sebelumnya. Namun orang yang mempersepsikan kondisi ekonominya sekarang ini lebih buruk daripada sebelumnya cenderung memilih oposisi (Mega)," kata Saiful di kantor
LSI, Jalan Lembang Terusan D57, Menteng, Jakarta, Kamis 9 Juli 2009.

Data yang diperoleh LSI dari exit poll kemarin, pilihan masyarakat terhadap Mega-Prabowo menurut evaluasi atas kondisi ekonomi nasional: jauh lebih baik (7 persen), lebih baik (14 persen), sama saja (39 persen), lebih buruk (52 persen), jauh lebih buruk (53 persen).

Sedangkan pilihan masyarakat terhadap SBY-Boediono menurut evaluasi atas kondisi ekonomi nasional: jauh lebih baik (78 persen), lebih baik (75 persen), sama saja (45 persen), lebih buruk (36 persen), jauh lebih buruk (27 persen).

"Jelas kan, kalau kita lihat data ini polanya sebenarnya hanya Ibu Mega melawan Pak SBY," kata Saiful. Karena, lanjut dia, persepsi ekonomi yang membaik atau memburuk ternyata tak berpengaruh besar pada pilihan pilihan masyarakat kepada JK-Wiranto.

Pada pemilih JK-Wiranto, menurut data, pertimbangan atas evaluasi kondisi ekonomi mulai dari jauh lebih baik hingga jauh lebih buruk relatif sama atau tak terlalu terlihat perbedaannya.  Dalam data, pilihan masyarakat terhadap JK-Wiranto menurut evaluasi atas kondisi ekonomi nasional: jauh lebih baik (15 persen), lebih baik (11 persen), sama saja (17 persen), lebih buruk (12 persen), jauh lebih buruk (10 persen).

"Pembedaan atas pilihan ke incumbent atau oposisi ternyata efeknya tidak ada pada pak JK. Karena mungkin pak JK baru memposisikan diri sebagai oposisi sebelum pemilu legislatif, sekitar 5 bulan yang lalu kan," kata Saiful.

arfi.bambani@vivanews.com

ยท Menurut penghitungan quick count  SBY-Boediono menang 60 persen. Benarkah?Dapatkan SMS data suara Pilpres 2009 dari tabulasi resmi KPU. Updated 2 kali per hari hingga pengumuman pada 27 Juli 2009. Ketik REG