Kasus Tewasnya Siyono, Busyro: Banyak Hal Tak Masuk Akal

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Hukum, HAM, dan Kebijakan Publik, Busyro Muqoddas.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Al Amin.

VIVA.co.id - Penyebab meninggalnya Siyono, warga Klaten, usai ditangkap Detasemen Khusus Anti Teror (Densus 88) belum terungkap jelas. Terdapat ketidaknormalan yang terjadi dalam kasus tersebut.

Guna mengungkap hal ini, Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum, HAM, dan Kebijakan Publik Busyro Muqoddas mendorong dilakukan autopsi jenazah Siyono yang telah dimakamkan.
 
"Nah ini banyak absurditas. Ketidaknormalan proses-proses seputar meninggalnya Siyono ini. Iya tentu, kami ingin transparansi meninggalnya Siyono wajar atau tidak," kata Busyro, di Aula KH. Ahmad Dahlan, kantor PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Kamis, 31 Maret 2016.
 
Meski mendorong autopsi, Busyro mengakui, proses tersebut belum bisa dilakukan dalam waktu dekat ini. Alasannya, masih menunggu persetujuan dari tim forensik independen PP Muhammadiyah.
 
"Kami belum dapat informasi dari dokter ahli forensik (kapan dilakukan autopsinya). Tim sudah dibentuk, ada lima dokter dari rumah sakit dan perguruan tinggi yang telah kami siapkan," ungkap Busyro.
 
Sebelumnya, Siyono dinyatakan tewas pada Jumat pekan lalu setelah ditangkap Densus 88 pada Selasa sebelumnya. Tewasnya Siyono menurut Kepolisian karena pria yang berusia 37 tahun itu berusaha melakukan perlawanan terhadap aparat di dalam mobil yang membawanya.
 
Hingga dikembalikan kepada keluarga, jenazah Siyono belum diautopsi. Oleh karena itu, penyebab pasti kematian terduga teroris itu belum bisa dipastikan secara medis.