Pekerja RI Ternyata Paling Percaya Diri 'Curhat' soal Karier

Ilustrasi kerja di kantor
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Survei LinkedIn Indonesia mengungkapkan bahwa profesional Indonesia adalah orang yang paling percaya diri ketiga di dunia, dalam hal bercerita tentang pencapaian karier

Dikutip dari siaran persnya, Jumat, 27 Mei 2016, media jaringan profesional terbesar di dunia itu merilis sebuah studi baru yang berjudul Your Story at Work. Dalam studi ini, LinkedIn mengungkap pentingnya peran profil profesional online bagi para profesional yang ingin mengembangkan karier mereka lebih lanjut.

Survei LinkedIn mengungkap bahwa profil profesional online dapat membuka kesempatan yang lebih luas dalam hal pengembangan karier seseorang. Para profesional di Indonesia telah memahami betul hal tersebut.

Berdasarkan hasil studi LinkedIn, sebanyak 74 persen profesional di Indonesia mempercayai bahwa berbagi cerita tentang pencapaian profesional berpengaruh penting terhadap perkembangan karier mereka. Jumlah tersebut di atas rata-rata dunia yang hanya 69 persen.

"Kepercayaan tersebut juga disokong oleh kepercayaan diri profesional di negara ini dalam hal menceritakan pencapaian karier mereka. Menariknya, dalam hal ini, Indonesia memiliki jumlah profesional dengan tingkat kepercayaan diri tertinggi ketiga di dunia, yakni 52 persen," demikian pernyataan LinkedIn.

Sementara para profesional di India paling percaya diri di dunia dengan 55 persen, diikuti oleh China dengan 54 persen. Angka ini jauh melampaui rata-rata dunia, yang sebesar 35 persen.

Survei ini dilakukan terhadap 11.228 profesional, pada periode 6-19 Mei 2016 di negara-negara 18 negara dan satu kota. Yaitu, Kanada, Amerika Serikat, Brasil, Italia, Spanyol, Belanda, Inggris, Irlandia, India, Australia, Indonesia, Malaysia, Swedia, Meksiko, Perancis, Singapura, China, Jepang dan Kota Hong Kong.

Feon Ang, Senior Director, LinkedIn Talent Solutions, Asia Pacific mengatakan, Indonesia memiliki pasar kerja yang sangat dinamis dan menawarkan begitu banyak kesempatan, karena itu diferensiasi semakin penting.

"Kami gembira mengetahui bahwa profesional di Indonesia mampu melihat manfaat yang bisa didapat dengan membangun profil dan membuat kesan yang baik di ranah online," katanya.

Menurutnya, kemampuan dalam mengomunikasikan cerita serta pencapaian karier secara online, akan membantu profesional untuk bersaing dan juga sukses di berbagai hal yang mereka lakukan. Memanfaatkan kekuatan dari platform profesional sosial seperti LinkedIn, akan menghubungkan para profesional dengan beragam kesempatan lainnya yang bahkan melampaui perkembangan karier.

Kesan pertama

Survei juga mengonfirmasi bagaimana cerita tersebut memang mendapat perhatian dari para perekrut. Sebanyak 78 persen pengambil keputusan dalam proses rekrutmen di Indonesia mengatakan bahwa mereka selalu melihat profil Linkedin milik kandidat potensial.

“Cerita tentang pekerjaan serta pencapaian Anda dinilai penting oleh perekrut. Profil profesional online bisa menjadi penentu dalam mendapatkan kesempatan interview atau wawancara,” kata Feon Ang.

Sebanyak 93 persen dari para pengambil keputusan rekrutmen mengatakan, seseorang yang mampu menjelaskan tentang apa yang mereka lakukan untuk mencari nafkah, akan dapat melewati proses wawancara dengan hasil yang baik.

Sebanyak 94 persen dari para pengambil keputusan tersebut, juga mengungkap bahwa kemampuan dalam hal mengomunikasikan pencapaian karier secara jelas menjadi salah satu nilai terpenting yang mereka cari dari seorang kandidat.

Membuat kesan pertama yang baik adalah kunci kesuksesan dalam berburu pekerjaan. Pada tahap membuat penaksiran awal ini, 64 persen pengambil keputusan dalam proses rekrutmen di Indonesia mengatakan, bahwa mereka menilai kandidat berdasarkan profil online orang tersebut.

Pentingnya mendapatkan kesan pertama yang baik, sudah disadari betul oleh profesional di negara ini. Mayoritas profesional di Indonesia, yakni 97 persen, mengatakan bahwa membuat kesan pertama yang baik itu penting selama proses pelamaran. Dan, hampir sepertiga atau 71 persen profesional setuju bahwa sulit untuk mengatasi kesan pertama yang buruk.