Pesantren Ini Daur Ulang Limbah Air Wudu

Santri di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta
Sumber :
  • UGM

VIVA.co.id – Setiap harinya, sekitar 80 santri di komplek IV Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta menjalankan rutinitas menggunakan air, baik untuk bersuci demi menjalankan kegiatan ibadah maupun untuk aktivitas keseharian. Namun, di tempat ini kerap terjadi berbagai permasalahan terkait dengan ketersediaan air.

Keterbatasan air itu menginspirasi tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk mencari solusinya.

Lima mahasiswa UGM yaitu Aji Purnomo (Geografi), Muhamad Lutfi S (MIPA), Luthfi Afgani (MIPA), Eka Fitriani (MIPA), dan Tia Nur A (Teknologi Pertanian) menemukan ide kreatif untuk menerapkan sistem filtrasi Re-Syar’i limbah air wudu. Wudu merupakan ritual menyucikan diri (sebelum salat) dengan membasuh muka, tangan, kepala, dan kaki.

“Prinsip dari sistem filtrasi ini yaitu dengan mendaur ulang limbah air wudu menjadi air siap pakai non konsumtif. Karena limbah air wudu termasuk limbah air yang belum terkontaminasi bahan kimia, jadi cukup menggunakan sistem filtrasi sederhana,” ujar Luthfi, dalam keterangan tertulis UGM, Kamis 16 Juni 2016.

Dengan sistem re-syar’i, hasil filtrasi limbah air wudu ini digunakan kembali untuk berwudu sesuai syariat Islam, serta dapat digunakan untuk mencuci atau mandi. Selain itu, mereka juga membangun beberapa tempat wudu dengan debit air yang lebih tinggi yang kemudian limbah airnya akan dialirkan ke sistem filtrasi, sehingga air bekas wudu tersebut tidak terbuang sia-sia.

“Sistem filtrasi re-syar’i limbah air wudu ini memang telah ditemukan dan diteliti oleh beberapa pihak sebelumnya. Namun kami ini memberikan beberapa sentuhan inovasi, salah satunya dengan menambahkan ziolit yang dapat menyerap kotoran dan berbagai zat lain dalam air limbah sehingga dapat membantu menjernihkan air,” ujar Aji.

Meski demikian, menurutnya, sistem masih tetap dapat diterapkan di daerah lain yang memang tidak terdapat unsur ziolit ini. Material yang digunakan sebagai alat filtrasinya yaitu material yang mudah ditemukan dan melimpah di alam seperti ziolit, kerikil, pasir, arang, dan batok kelapa.

Tidak hanya memasang alat filtrasi, para mahasiswa ini juga melakukan penyuluhan kepada warga Ponpes tentang manfaat penggunaan daur ulang air wudu ini, serta menumbuhkan kesadaran bagi para santri di pondok ini untuk lebih memelihara lingkungan dengan penghematan penggunaan air. Agar sistem ini dapat terus berlanjut, mereka pun membentuk struktur kepengurusan di Ponpes tersebut sebagai penanggung jawab perawatan sistem yang telah dibuat untuk menumbuhkan kemandirian bagi para santri dan pengelola pondok untuk terus merawat sistem filtrasi tersebut sebagai solusi mengurangi permasalahan terkait ketersediaan air.

“Jika sistem filtrasi re-syar’i limbah air wudu tersebut dapat diterapkan secara kontinyu dan memberikan manfaat yang efektif dalam mengatasi masalah kekurangan air, maka dapat juga diterapkan pada  masyarakat di lokasi lain terutama yang memiliki permasalahan kekurangan air,” ujar Aji.