Macet di Tol, Kenapa Tak Pakai Jalan Nasional?

Kepala BPJT Herry Trisaputra Zuna.
Sumber :
  • Raden Jihad akbar/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Mudik Lebaran telah tiba. Arus kendaraan khususnya dari ibu kota, seperti air yang mengalir deras menyebar ke berbagai wilayah Tanah Air, begitu pula sebaliknya. Jalan tol pun yang semula menjadi alternatif bagi pengendara, kini telah bergeser menjadi jalur utama menampung arus mudik. 

Jurnalis VIVA.co.id, Fikri Halim, beberapa waktu lalu berkesempatan untuk mewawancarai Kepala Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Herry Trisaputra Zuna, untuk mendalami fenomena ini. 

Dalam perbincangan pagi itu di kantornya, Herry pun menjelaskan banyak hal yang telah dilakukan pemerintah untuk pengembangan infrastruktur jalan tol yang sedang atau akan dikerjakan pemerintah. Mulai dari megaproyek Jalan Tol Trans Sumatera hingga Trans Jawa. 

Dia juga memaparkan, apa saja upaya yang akan didorong kepada para operator jalan tol untuk meningkatkan pelayanannya bagi pengguna. Berikut ini petikan wawancara lengkapnya. 

Bagaimana kesiapan jalan tol baru menghadapi arus mudik Lebaran? 

Kalau jalan tol yang operasi baru, itu kan memang hanya dua, Surabaya-Mojokerto yang sudah diresmikan yang seksi IV. Lalu, ada ruas jalan tol Pejagan-Pemalang, yang dari Pejagan sampai Brebes Timur, itu yang 100 persen dioperasikan secara operasional sifatnya. 

Nah, di luar itu ada beberapa ruas yang kita coba untuk fungsional, belum dioperasikan, atau belum proses layak fungsi dan sebagainya. Misalnya Semarang-Solo, yaitu dari Bawen ke Salatiga, itu sekitar 17 kilometer yang namanya darurat untuk mendukung arus mudik, ya yang difokuskan adalah satu arah. 

Jadi satu arah dua lajur terus-menerus, nanti diharapkan dari tol yang ada sekarang itu, rencananya sih sampai ke ujung yang ke Salatiga itu nanti akan beroperasi satu arah. Nanti, pada saat arus balik, dia menggunakan jalan yang sama, contra flow. Nah, jalan yang tidak prioritas silakan menggunakan jalan yang eksisting. Konsepnya begitu.

Mudik terfokus dari Jawa kawasan barat ke arah timur. Secara keseluruhan, jalan tol Trans Jawa selesai berapa persen?

Kalau yang beroperasi kan sampai Brebes Timur, kalau selain yang ke Brebes Timur itu, selebihnya adalah yang spot-spot tertentu. Kalau kita bilang sampai Surabaya sekarang, saya angkanya kurang hafal, memang masih terkendala di tengah tadi.

Pemalang menuju Batang dan Batang ke Semarang itu kan 100-an kilometer, Semarang-Solo masih di ujung. Ya, mayoritas sudah kelihatan bentuknya, ya kalau dibilang tahun 2018 terwujud cukup rasional untuk kita perjuangkan.

Tahun 2018 sampai Surabaya, bahkan sampai Pasuruan mestinya, dan kami masih akan coba kejar ke Probolinggo, bahkan sampai Banyuwangi. Memang kalau sampai Probolinggo sudah ada badan usahanya, jadi tinggal kita kejar tanahnya. Nah, kalau Probolinggo ke arah Banyuwangi itu memang masih belum.

Tapi, itu pun memang akan coba kita lihat kemungkinannya. Di luar yang tadi yang mudik, ada juga di Solo menuju Ngawi itu sekitar 24 kilometer bisa kita pakai untuk arus mudik. Tapi, fungsional ya, artinya belum dioperasionalkan secara penuh. 

Apakah pembebasan lahan masih jadi penghambat utama?

Ya, masih di lahan. Jadi sebelumnya kita bermasalah di dana. Sekarang di dana sedikit ada solusi bahwa badan usaha nanti talangi. Sambil peraturan presidennya (perpres) lahan dipercepat, nanti mudah-mudahan permasalahan tanah ini bisa diselesaikan.

Kapan Badan Layanan Usaha Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU LMAN) untuk memberikan dana talangan jalan tol efektif?

Dana talangan sebetulnya kan sudah ditandatangani. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memang sudah ada, dan memang di lapangan ini karena terlalu lama “tidur” jadi butuh proses. 

Dengan adanya badan ini, beberapa pelaksana pengadaan tanah tadi di Badan Pertanahan Negara (BPN) ragu-ragu apa benar ada uangnya. Cuma sejauh ini sudah mulai bergerak, dan harapannya akan terus bertambah lahan yang dibayar, karena yang catatan kami itu sudah ratusan miliar yang siap. 

Sudah ada tagihan Rp900 miliar, yang dibayar memang baru sekitar Rp19 miliar. Tapi, ini kan proses, nambah terus, jadi nanti akan bertambah secara signifikan.