Warga Depok Ubah Kotoran Sapi Jadi Gas

Ilustrasi sapi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Salah satu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Kota Depok, Jawa Barat, berhasil memanfaatkan kotoran ternak untuk dijadikan energi gas.

Energi hasil fermentasi limbah itu pun kini telah dimanfaatkan menjadi sumber tenaga listrik dan kebutuhan masak sehari-hari, di antaranya untuk energi kompor gas.

Manfaat bio gas tersebut ternyata mendapat dukungan penuh dari Ikatan Ahli Tekhnik Perminyakan Indonesia (IATMI)-Qatar.

“Jadi, kalau 11 kubik kotoran setara dengan 0,7 liter minyak tanah perhari yang bisa menghidupkan generator dengan kapasitas 600 watt selama 3-5 jam, maksimalnya. Jadi bisa untuk masak, listrik, dan lainnya,” ujar Wakil Ketua IATMI chapter Qatar, Alvin Alfiyansyah, usai melakukan kunjungan ke kandang ternak milik PKBM Yayasan Master di Jalan Juanda, Sukmajaya Depok, Jawa Barat, Jumat, 29 Juli 2016.

Alvin mengatakan, asosiasinya sangat mendukung penuh upaya dan langkah yang dilakukan PKBM Yayasan Master ini. Sebab hal itu sangat bermanfaat untuk lingkungan sekitar sekaligus menekan angka penggunaan listrik secara berlebihan.

“Alasan kami tertarik untuk mendukung program ini karena kami komunitas profesional di bidang energi. Kami tertarik untuk membantu program masyarakat yang menghidupkan energi juga. Kita manfaatkan kotoran-kotoran yang ada agar bisa dimanfaatkan masyarakat,” ujar Alvin.

Alvin mengatakan, caranya yaitu memanfaatkan alat pengolahnya, sehingga kotoran tidak dibuang langsung ke lingkungan dan bisa diolah dan dimanfaatkan lagi.

"Kotoran dimasukkan ke dalam reaktor ada fermentasi gasnya terpisah. Sementara untuk residunya bisa kita manfaatkan untuk pupuk,” ucap Ketua Chapter Qatar, Wing Yudhiarto.

Sementara itu, Pemilik Yayasan Master, Rohim, mengatakan ini bagian dari proyek awalan dan terobosan yang diharapkan bisa digerakkan menjadi kemandirian energi dan pangan.

“Jadi nanti tiap yayasan atau pesantren tidak perlu pakai listrik atau gas dari PLN, bisa memanfaatkan kotoran ternak yang selama ini limbahnya kurang dimanfaatkan,” kata Wing.

Hal ini, menurut Rohim, juga bisa memotivasi orang lain sekaligus untuk pembelajaran. Selama ini, menurutnya, orang-orang hanya belajar teori dan tidak mengaplikasi langsung.

“Ternyata dapat respons dari teman-teman IATMI Qatar. Tentu kami juga berharap pemerintah bisa mensupor program ini,” kata Rohim. (ase)