Pemerintah Diminta Tidak Angkat Tangan Soal Rio Haryanto

Anggota Komisi X DPR RI Moreno Soeprapto
Sumber :

VIVA.co.id – Sejak Rabu 10 Agustus 2016, kontrak Rio Haryanto diputus oleh Manor Racing. Dia hanya bertahan di F1 sepanjang 12 seri karena tidak mampu memenuhi kewajiban menyetor dana termin kedua kepada Manor senilai 7 juta euro (Rp101 miliar).

Sebelumnya, di termin pertama, Rio telah menyerahkan dana senilai 8 juta euro (Rp 117 miliar) kepada Manor, yang berasal dari manajemen dan Pertamina. Namun nominal tersebut hanya menggaransi Rio di F1 hingga seri GP Hungaria.

Meskipun termin dua belum terbayarkan, Manor kemudian memberikan kelonggaran satu seri sehingga Rio masih dapat membalap di GP Jerman. Namun, tepat 10 hari berselang, Manor akhirnya memutus kontrak dengan Rio dan menggaet pebalap baru, Esteban Ocon.

Menurut Anggota Komisi X DPR RI serta mantan pembalap nasional, Moreno Soeprapto, merupakan hal yang biasa jika terdapat pergantian pemain pada satu tim. Namun, ia menyayangkan jika semua ini terjadi karena kekurangan dana.

"Kalau di dunia motosport pergantian pembalap hal biasa. Mungkin ada beberapa fans yang terkejut dan masyarakat yang belum paham. Saya ingin meluruskan, itu hal biasa kalau ada pergantian pembalap. Tapi kalau dikarenakan biaya, itu yang sangat luar biasa. Karena tidak seharusnya pertengahan musim ada pergantian. Biasanya pergantian itu akhir musim.  Itu hanya pergantian pembalap. Kontraknya Rio itu sampai akhir tahun. Masih memungkinkan Rio kembali lagi," ujar Moreno, Selasa 23 Agustus 2016.

Dijelaskan jika Tim Manor pernah menerima surat jaminan dari pemerintah, sehingga ini bukan sepenuhnya salah Rio.

"Ini harus dikaji ulang. Harus dilihat track record kemarin. Kita harus lihat kontraknya. Tim Manor itu pernah menyampaikan ke saya bahwa telah menerima surat jaminan pemerintah. Nah ini yang harus kita lihat bagaimana. Apakah menjamin akan membayar atau menjamin akan mensupport dengan mengupayakan segala potensi yang ada. Contohnya dengan Kemenpora atau pihak swasta. Kita tidak tau bunyinya seperti apa," jelas Politisi Gerindra ini.

Ia pun berharap agar pemerintah  tidak angkat tangan untuk dalam persoalan ini. Dan sudah seharusnya badan otomotif juga turut mendampingi dan mensupport.

"Coba kita dengar dari Ketua Ikatan Motor Indonesia. Harusnya muncul. Ini jangan sampai ada kesalahpahaman agar otomotif di Indonesia tetap berkembang. Karena balap tidak hanya formula 1. Kita tidak tahu juga ada tawaran di luar itu yang lebih menarik. Kalau selama ini balap di formula 1 tapi tidak nyaman bagi pembalapnya? Lebih baik kita mendukung yang terbaik. Mindset nya harus diubah dan pemahaman dunia olahraga industri ini harus dipahami bersama. Jangan sampai Rio atau atlit lain berjalan atau berjuang sendiri," ujarnya.

Moreno pun turut menyampaikan, jika keunggulan atau kompetitifnya para atlet Indonesia sesungguhnya tidak kalah bersaing dengan dunia. Namun yang menjadi persoalan terkadang  yakni pendamping seputar dunia olahraga. Di mana mereka adalah para pemangku jabatan, yang harusnya dapat memahami kebutuhan para atletnya.

"Jangan cuma paham ceremony dengan momentumnya saja. Itu namanya menunggu di perempatan saja istilahnya. Susah juga. Nanti akhirnya atlet-atlet kita yang akan diambil sama negara tetangga. Ini harus dibedah dan dibikin satu kajian. Kajiannya saja tidak pernah dibuat. Kalau ada kajiannya kita tahu permasalahnnya biasanya ada solusinya. Kalau kajian tidak menemukan solusinya ya bubarin aja," ujar Moreno.  (webtorial)