Genjot Ekonomi Kreatif, Bioskop Jadi Target BKPM

foto ilustrasi industri film
Sumber :

VIVA.co.id – Badan Koordinasi Penanaman Modal memberikan perhatian baru pada sektor ekonomi kreatif. Sektor ini sekarang menjadi prioritas BKPM, pariwisata, industri dasar, seperti baja, besi, dan petrokimia. 

Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong mengatakan, hal itu merupakan permintaan Presiden Joko Widodo untuk kementerian/lembaga terkait mulai lebih memperhatikan investasi sektor ekonomi kreatif. 

"Presiden sudah menekankan berkali-kali bahwa sektor ekraf (ekonomi kreatif) satu sektor prioritas," kata Lembong dalam rapat pimpinan nasional (Rapimnas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Jakarta pada Kamis malam, 1 Desember 2016.

Lembong mengungkapkan, angka investasi pada sektor ini bisa dikatakan memang tidak terlalu besar karena 100 persen sektor ini bergerak dalam bidang penyediaan jasa, yang notabene adalah padat karya, bukan padat modal. 

"Memang angkanya enggak akan terlalu dahsyat, enggak terlalu bombastis karena ekraf itu 100 persen sektor jasa. Itu sangat-sangat padat karya," ujarnya. 

Ia mengaku belum menargetkan nilai investasi untuk sektor ekonomi kreatif. Sementara ini, pihaknya berupaya menarik investasi masuk melalui perjanjian-perjanjian perdagangan internasional. 

"Dengan Eropa, Australia, kami menekankan ekraf, seperti busana, fesyen. Bahkan, Menlu (Menteri Luar Negeri) Australia sudah mewacanakan fashion diplomacy (diplomasi untuk aspek fasyen)," kata Lembong. 

Ia juga menyebutkan untuk saat ini ekonomi kreatif yang dapat dilihat  pertumbuhan investasinya yang cukup tinggi adalah perbioskopan. 

Industri kreatif

Sebagai informasi, Komisaris Utama PT Graha Layar Prima Tbk atau pengelola bioskop CGV Blitz Bratanata Perdana mengatakan, untuk membangun delapan bioskop sesuai targetnya, perseroan membutuhkan dana sekitar Rp150 miliar-Rp200 miliar. 

Wakil Presiden Direktur PT First Media Tbk Irwan Djaja menambahkan, tahun ini perseroan akan membuka 40 bioskop Cinemaxx baru dengan 185 layar. Nilai investasi untuk menambah layar baru tahun ini berada di kisaran Rp185 miliar-Rp370 miliar, dengan investasi per layar bioskop sekitar Rp1 miliar-Rp2 miliar, tergantung lokasi. 

"Jadi, kami mau melihat bisa enggak kita undang lagi banyak pemain supaya lebih banyak investasi, lebih banyak bioskop," kata Irwan. 

Menurutnya, selain perbioskopan bidang ekonomi kreatif yang dapat digenjot peningkatan investasinya adalah desainer fesyen, kuliner makanan dan minuman. 

"Desainer kita juga jago-jago. Kuliner, dan itu juga sangat membantu ekspor kita. Kalau kita bisa ekspor, kita bisa mengembangkan sektor kuliner, itu juga mendorong ekspor rempah-rempah. Ekspor makanan, minuman kita," ujar Lembong. 

(mus)