Tim Reformasi Perpajakan Belum Mampu Dongkrak Rupiah

Uang Rupiah Baru.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Moh Nadlir

VIVA.co.id – Perdagangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih tetap tertekan seiring dengan sentimen negatif global yang membuat dolar AS semakin perkasa.

Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan,  kondisi global yang cenderung negatif dengan berbagai sentimen seperti penembakan Duta Besar Rusia di Turki, serangan truk di Berlin, pernyataan The Fed, dan lainnya telah membuat laju dolar berbalik menguat sehingga dikhawatirkan akan membungkam potensi kenaikan rupiah. 

"Cermati berbagai sentimen yang ada. Diperkirakan Rupiah akan bergerak pada kisaran Rp13.435 hingga Rp13.340," kata Reza di Jakarta, Rabu, 21 Desember 2016.

Reza menuturkan, rencana pemerintah yang membentuk tim reformasi perpajakan di bawah Kementerian Keuangan untuk menggenjot penerimaan perpajakan di tahun depan dan prediksi Bank Indonesia (BI) terkait inflasi Desember 2016 tampaknya kurang membuat rupiah bertahan di zona hijaunya. 

"Adapun, tim ini bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, meningkatkan kepercayaan terhadap pengelolaan basis pajak, dan meningkatkan integritas dan produktivitas aparat pajak," ujarnya menambahkan.

Di samping itu, BI mengungkapkan, inflasi Desember diperkirakan sekitar 0,5-0,6 persen (month of month) sehingga per akhir tahun inflasi akan berada di 3,20 persen (year on year).

Namun, rupiah terhambat kenaikannya setelah merespon pernyataan Ketua Federal Reserve AS Janet Yellen bahwa pemulihan ekonomi AS yang lambat mendorong peningkatan pasar pekerjaan dan menekankan pentingnya pendidikan dalam perubahan ekonomi. 

"Dia mencontohkan tingkat pengangguran rendah, penambahan lapangan pekerjaan stabil, tingkat PHK rendah dan tanda-tanda meningkatnya upah sebagai bukti pasar tenaga kerja yang sehat," ujarnya.

(mus)