Pemerintah Perlu Bercermin pada Ekonomi Orde Baru

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Bambang Brodjonegoro.
Sumber :
  • raudhatul zannah/viva

VIVA.co.id – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brojonegoro, mengatakan pemerintah Indonesia, baik pemerintah pusat maupun daerah, saat ini harus bercermin dari pengalaman historikal pada 1970-1980 untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Diutarakannya, pemerintah saat itu berhasil melakukan diversifikasi penerimaan negara, meski harga minyak mentah anjlok US$10 per barel. Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil mencetak angka tertinggi sepanjang masa di 1990-an.

"Pada 1970-an ada embrago OPEC dan harga minyak melonjak tinggi dan saat itu Indonesia yang baru eksplorasi menerima manfaat. Tapi, kemudian 1980-an ketika tak ada isu embargo, mendadak pasokan lebih banyak daripada permintaan, sehingga, (harga minyak) sempat jatuh di bawah US$10," kata Bambang di kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Jakarta pada Rabu, 11 Januari 2017.

Alhasil anggaran pendapatan dan belanja negara tidak stabil. Namun, kemudian Indonesia dapat melakukan reformasi pajak yang pertama karena tertekan sumber penerimaan yang sangat terbatas. 

Diceritakannya, secara ekonomi makro, harga migas terancam anjlok dan bisa habis, maka saat itu dilakukan diverisifikasi ekonomi. Kemudian pada 1990-an Indoneisa menikmati pertumbuhan ekonomi yang tertinggi sepanjang masa. 

Pada 1990-1997 pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata enam sampai tujuh persen, dan pertumbuhan ekonomi itu didukung oleh manufaktur. 

"Jadi, sebetulnya kenapa ini jadi penting dalam konteks inovasi, karena inovasi ini biasanya muncul saat kita tidak berlebih, namun saat kita terbatas dan dalam ruang gerak yang sempit," ungkapnya.