Respons Menkominfo Soal Usulan Matikan 3G

Menkominfo Rudiantara.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA.co.id – Wacana mematikan jaringan 2G di Indonesia mendapat sambutan beragam dari ekosistem industri teknologi dan komunikasi Tanah Air. 

Menyambut usulan mematikan jaringan 2G, operator telekomunikasi malah bersuara pemerintah lebih baik mematikan 3G dibanding 2G. Alasannya, jaringan 3G tergolong tanggung, untuk data tak begitu bagus, sementara untuk melakukan layanan voice, 3G juga tak memuaskan. 

Menanggapi suara tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara membuka semua pintu asal bisa memberikan kemanfaatan bagi industri telekomunikasi di Indonesia. 

"Nah nanti kita lihat, mana yang lebih bagus. Kalau teori 2G ini kemungkinan lebih efisien dari 3G, kalau memang iya kenapa enggak?" kata Rudiantara ditemui usai acara Gerakan Nasional 1000 Startup di Kantor Kominfo, Rabu 26 April 2017.

Dalam hal pengelolaan jaringan telekomunikasi, menteri yang akrab disapa Chief RA itu menyatakan, dia akan fokus pada teknologi jaringan yang paling efisien dan berkelanjutan. Sebab dua syarat itu akan melahirkan sebuah efisiensi bagi industri yang akhirnya berdampak bagus bagi masyarakat pengguna. 

"Jangan bebani pasar dengan yang tidak efisien," tuturnya.

Dia memang menekan kan pada efisiensi industri yang merupakan visi pemerintahan Jokowi dalam bidang telekomunikasi. 

Menurutnya, teknologi yang paling efisien itu belum tentu adalah teknologi yang terbaru.

"Bagi saya, teknologi ini enggak boleh terikat dalam satu konteks teknologi, bahwa yang baru itu akan memberikan tingkat efisiensi yang lebih tinggi," ujar dia. 

Rudiantara mengatakan, dalam peralihan teknologi telekomunikasi, maka akan menyisakan problem bagaimana memperlakukan teknologi yang ditinggalkan dan investasi yang sudah bergulir pada teknologi lama tersebut. 

Soal pernyataan operator yang menyebutkan para penyedia teknologi seperti Huawei dan Ericsson mendorong mematikan jaringan 3G, Rudiantara ingin masih mendalaminya. 

Sebab gagasan itu muncul belum lama ini, yakni saat gelaran Mobile World Congress di Barcelona, pada Februari lalu. 

"Saya belum tahu sejauh mana studinya itu. 2G ini kan yang dimaksud bukan berarti 2G yang SMS itu ya, mungkin frekuensinya barangkali yang bakal dimanfaatin terus," ujarnya. 

Sebelumnya, Direktur Utama PT XL Axiata Tbk, Dian Siswarini menuturkan, dibanding menghapus 2G, pemerintah bisa melihat tren yang dilakukan penyedia teknologi. Dian mengatakan, penyedia teknologi seperti Ericsson dan Huawei, memiliki terobosan teknologi baru dalam mengelola 2G. Penyedia teknologi itu, kata dia, mewacanakan menghapus 3G.

"Memang benar 3G itu banci. Kalau dipakai buat voice call, jelek. Sementara, kalau dipakai untuk data juga kurang afdol," ujarnya. 

Dian mengatakan, layanan voice akan efisien dilayani dengan 2G, dan untuk itu sebaiknya alokasi frekuensi untuk layanan 3G bisa dilakukan. Frekuensi 3G saat ini, menurutnya, bisa dipakai untuk 4G.