Tantangan Makin Kompleks, Investasi IT Perbankan Makin Besar

Seorang nasabah menggunakan fasilitas e-banking di Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Serangan virus dan ransomware menjadi hantu yang menakutkan bagi setiap institusi, apalagi perbankan. Tidak heran jika kemudian banyak institusi perbankan yang mengalokasikan pengeluaran mereka untuk urusan teknologi informasi sebanyak lebih dari 50 persen.

Data IDC menunjukkan, pendapatan produk dan layanan IT akan tumbuh dari US$2,4 triliun pada 2016 menjadi lebih dari US$2,7 triliun pada 2020. Angka ini menunjukkan pertumbuhan per tahun rata-rata mencapai 3,3 persen dalam kurun empat tahun. Salah satu yang terbesar, dikatakan IDC adalah kebutuhan IT untuk produk dan layanan perbankan.

Di Indonesia, perbankan semakin memiliki berbagai tantangan yang begitu kompleks. Baik dari sisi pasar yang semakin kompetitif, regulasi pemerintah yang selalu mengalami perubahan, risiko dalam investasi bisnis, hingga sebuah tantangan bagaimana meningkatkan efektivitas kinerja dan produktivitas perusahaan melalui penggunaan solusi IT yang tepat agar dapat memberikan pelayanan terbaik bagi nasabah.

"Selain sistem core banking yang berkualitas, perbankan juga harus mengadopsi sistem yang sejalan dengan regulasi perbankan di Indonesia, baik dari OJK maupun Bank Indonesia. Untuk itu, industri IT lokal ada yang sudah mengembangkannya, yakni sistem core banking AlphaBITS Next-G," ujar Direktur Data Center & Managed Services Telkomsigma, Andreuw Th.A.F, dalam keterangannya, Senin, 11 September 2017. 

Andreuw mengatakan, sistem Core banking AlphaBITS Next-G merupakan karya anak bangsa. Di dalamnya ada standard interface untuk meningkatkan kemampuan integrasi di berbagai aplikasi maupun platform yang sudah menerapkan interface modern. Sistem core ini juga menyediakan layanan Always-On 24x7 yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi melalui perangkat elektronik secara non-stop.

"Integrasi ini mendukung program pemerintah seperti finansial inklusif, dan memungkinkan akselerasi pelaksanaan program bantuan sosial yang ingin diimplementasikan oleh bank. Memungkinkan inovasi produk digital banking antara lain mobile payment, simple on boarding customer, instant loan, e-wallet agar dapat bersaing," ujar Andreuw.

AlphaBITS Next-G ini juga memiliki kemampuan untuk memberikan efisiensi mobilitas bagi karyawan bank dalam melayani nasabah secara mobile, baik dalam bentuk agent banking, mobile banker maupun sales force.
 
"Dengan kemampuan multi processing yang dimiliki, menjadikan waktu pelaksanaan proses akhir hari dapat dikurangi hingga 30 persen. Dengan kata lain, mengurangi risiko keterlambatan ketersediaan laporan awal hari untuk bank," ujarnya.