Kisah Tumbangnya Raksasa Toko Mainan Toys R Us

Toys R Us
Sumber :
  • REUTERS/Carlo Allegri.

VIVA.co.id – Raksasa ritel mainan anak-anak asal Amerika Serikat, Toys R Us, resmi menyatakan kebangkrutannya pada 18 September lalu. Perusahaan yang populer bagi anak-anak di AS pada 1980 ini ternyata sudah puluhan tahun terpuruk bertahan di tengah persaingan global. 

Meski demikian dilansir dari The Economist, Jumat 22 September 2017, Chief Executive Officer Dave Brandon mengatakan, toko-toko perusahaan akan tetap beroperasi dalam beberapa waktu. Dia pun mengklaim bahwa Toys R Us berada di awal era baru yang lebih cerah. 

"Ini adalah langkah tepat untuk memastikan bahwa merek Toys R Us dan Babies R Us akan hidup dan populer di beberapa generasi,” ujarnya. 

Banyak analis menilai, langkah yang dibuat perusahaan ini adalah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah utang jangka panjang yang melilit sebesar US$5 miliar. Dengan kebangkrutan ini merek Toys R Us tidak mati, tapi masa depannya tidak pasti. 

Kesengsaraan perusahaan ini dimulai pada 1990-an kala toko-toko besar bermunculan. Terlebih lagi dengan munculnya Walmart, orang tua bisa membeli mainan di tempat yang sama dengan mereka memberi susu. 

Setelah itu, mainan anak-anak mulai bermunculan di e-Commerce. Tidak seperti gaun, mainan sangat cocok sekali dijual online. Karena untuk membeli mainan, konsumen tidak membutuhkan ukuran yang pas seperti pakaian. 

Perusahaan ini juga menderita penyakit umum seperti perusahaan lainnya, misalnya memiliki beban utang yang berat. Penyakit lainnya adalah mereka belum bisa membantu dirinya sendiri. 

Sebagai contoh, produksi untuk memenuhi persediaan barang mainan yang dijual sangat lambat. Tidak hanya itu, mainan-mainan yang dijualnya pun tidak mengikuti tren. 

Penjualan online yang dilakukannya pun gagal. Setelah perusahaan sempat terlibat sengketa dagang dengan Amazon, yang berperan sebagai penjual resmi mainan dari Toys R Us. (one)