Bukti Bahwa Pelemahan Rupiah Hanya Sementara

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA.co.id – Bank Indonesia menegaskan, volatilitas yang terjadi terhadap nilai tukar rupiah hanya bersifat sementara. Menguatnya dolar Amerika Serikat dalam beberapa minggu terakhir, memang membuat mata uang Garuda terombang-ambing, bahkan hampir menembus level tertinggi di kisaran Rp13.582 per dolar AS.

Gubernur BI Agus Martowardojo menegaskan, menguatnya dolar Paman Sam tak lepas dari kondisi eksternal. Mulai dari rencana Presiden Donald Trump memangkas tarif pajak untuk menggenjot perekonomian, sampai dengan rencana bank sentral AS (The Fed) menaikkan tingkat suku bunga acuan di akhir tahun.

“Jadi bisa saya sampaikan, ini adalah karena kondisi eksternal dan hanya bersifat sementara,” kata Agus di Jakarta, Rabu, 4 Oktober 2017.

Lagipula, lanjut mantan Menteri Keuangan itu, rupiah bukanlah menjadi satu-satunya mata uang yang melemah karena dolar AS yang perkasa. Mata uang negara-negara lain, pun juga tak bisa dikatakan lebih baik dari kondisi rupiah saat terdepresiasi terhadap dolar AS.

Terlepas dari hal itu, BI menegaskan, bahwa volatilitas yang terjadi masih dalam perkiraan BI. Agus menegaskan, otoritas moneter akan terus berada di pasar, untuk memastikan mata uang Garuda tidak terdepresiasi jauh dari fundamental ekonomi nasional yang sebenarnya.

“Transaksi berjalan walaupun defisit, defisit tidak melebihi dua persen dari produk domestik bruto. Kondisi ini di dukung dengan neraca perdagangan kita, cadangan devisa kita. Ini menunjukkan kondisi ekonomi yang baik,” ujarnya.

Sebagai informasi, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, kondisi nilai tukar rupiah pada hari ini berada pada level Rp13.489 per dolar AS, menguat Rp93 dibandingkan posisi kemarin, Selasa 3 Oktober 2017 yang berada di level Rp13.582 per dolar AS.