Potensi Blok Southeast Sumatra yang Berhasil Dikuasai Pertamina

Ilustrasi blok migas.
Sumber :
  • dokumentasi pertamina

VIVA – Sekitar 90 kilometer dari teluk utara Jakarta, terdapat bisnis penambangan migas lepas pantai atau offshore yang bermarkas di Pulau Pabelokan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Wilayah Kerja (WK) migas tersebut dinamakan blok Southeast Sumatra (SES) yang saat ini telah dikuasai PT Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi dengan hak partisipasi sebesar 100 Persen per hari ini, Kamis 6 September 2018.

Sebelum Pertamina, nyatanya sudah hampir 10 perusahaan yang menjalankan kontrak bagi hasil di blok yang sudah dioperasikan setengah abad itu. Pada 1968, Independent Indonesian American Petroleum Company (IIAPCO) menjadi kontraktor pertama yang kemudian pada 1974 beralih ke Natomas. Lantas, pada 1987, Maxus Southeast Sumatra Inc masuk menjadi operator blok tersebut.

Selanjutnya, pada 1995, Maxus diakuisisi oleh perusahaan asal Spanyol, Repsol YPF yang kemudian pada 1997 membentuk perusahaan YPF Maxus SES LLC. Pada 1998, ditandatangani kontrak baru bagi hasil blok ini yang disepakati selama 20 tahun.

Selang berapa tahun, CNOOC International Ltd mengambil alih Blok SES pada 2002, dan berganti nama menjadi CNOOC SES Ltd.

Hari ini, Kamis 6 September 2018 menjadi hari bersejarah bagi PT Pertamina. Melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi (PHE), holding BUMN minyak dan gas bumi Indonesia itu berhasil menancapkan tiang pancangnya di blok tersebut setelah melewati masa transisi. 

"Dengan segala dinamika tantangan yang kita hadapi, Alhamdulillah proses transisi WK SES ini bisa sesuai dengan tata waktu yang direncanakan," ujar Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan Samsu, di Pulau Pabelokan Kepulauan Seribu, Kamis 6 September 2018.

Total cadangannya saat ini disebut masih cukup besar yakni mencapai 57 juta barel untuk minyak dan cadangan gas di blok tersebut tercatat sebesar 151 miliar kaki kubik atau Billion Cubic Feet (BCF). Mantan petinggi British Petroleum itu berharap produksi di blok tersebut bisa tetap terjaga meski usia WK migas itu sudah cukup tua. 

Hingga Agustus 2018, tercatat produksi minyak dan gas bumi di WK SES adalah sebesar 31.120 barel per hari (bph) dan gas sebesar 137,5 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). 

"Harapannya agar produksi bisa berkelanjutan, bisa terkelola dengan baik, dengan operasional yang aman, dan bisa mempertahankan atau meningkatkan reputasi dari Pertamina," katanya. 

Daftar 31 Lapangan yang Berkontribusi di Blok SES

Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi mengungkapkan, produksi dari blok SES itu diperoleh dari sebanyak 31 lapangan di lepas pantai. Lokasinya pun berbeda-beda.

Diuraikannya, mulai dari lapangan Aida, Asti, Banuwati, Cinta, E.Rama, Farida, Gita, Indri, Intan, Karmila, Kartini, Kitty, Krisna, Lita, Mila, N.E Intan, N. Wanda, Nora, Rama, South West Wanda, S. Zelda, Selatan, Sundari, Suratmi, Titi, Vita, Wanda, Widuri, Yani, Yvonne, dan Zelda.

"Bagi saya, ini lapangan-lapangan yang menarik, karena SES memberi nama lapangan-lapangannya spesifik, unik dibanding wilayah kerja yang lain. Jadi kalau menyebut nama-nama lapangannya jadi ingat kalau mendengarkan istri saya sedang mengabsen di acara arisan," seloroh Amien.

Amien pun berharap WK SES ini dapat menopang target lifting migas yang ditetapkan dalam APBN. Hingga Agustus 2018, Amien mengakui lifting migas nasional baru mencapai 1.921.000 setara barel minyak per hari atau 96 persen dari target APBN. Selain itu, penerimaan negara dari blok tersebut diharapkan meningkat dari sebelumnya.

"Selama dua dekade produksi dari lapangan-lapangan ini telah menghasilkan pendapatan kotor mencapai US$22,87 miliar, di mana 57 persennya sebesar US$13,3 miliar menjadi penerimaan negara," ujar Amien.