Turis di 10 Destinasi Wisata Bakal Dipungut Uang Sampah

Ilustrasi sampah di pantai.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Pemerintah menyatakan fokus untuk terus menanggulangi sampah, yang saat ini menjadi perhatian kuat, baik di dunia maupun di Indonesia. Isu sampah menjadi sorotan publik, setelah ikan paus ditemukan mati di tepi pantai perairan Wakatobi, dengan isi perut penuh sampah seberat kilogram pada pertengahan November lalu.

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menyebutkan, saat ini, sampah harus menjadi musuh bersama. Karena itu, pemerintah diungkapkannya sudah menjalankan dan tengah mengembangkan berbagai usaha untuk menanggulangi isu sampah tersebut.

Landasan hukum untuk memerangi sampah ini dikatakannya telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Langkah utama yang akan dilakukan dikatakannya adalah dengan menyiapkan kebijakan pungutan untuk pengelolaan sampah, baik dari turis lokal maupun turis asing.

"Kami akan bikin segera model untuk penanganan sampah di kota-kota yang jadi turis destination, seperti Bali, Labuan Bajo, Banyuwangi, ada 10 lah. Mungkin, akan disusun pungutan berapa dolar per turis kalau datang ke sana. Uang itu kita gunakan untuk pembersihan sampah," kata dia di kantornya, Jumat 30 November 2018.

Lebih lanjut, dia merincikan, biaya pungutan itu nantinya bakal dipatok sekitar US$10 dolar untuk turis asing, serta US$1 dolar untuk turis domestik. Pungutan itu, dikatakannya, kemungkinan akan dimasukkan ke dalam tiket transportasi ataupun tempat penginapan.

Di sisi lain, lanjut Luhut, pelarangan penggunaan tas plastik juga akan benar-benar diterapkan, terutama difokuskan di 10 kota besar di seluruh Indonesia yang saat ini sudah mulai perlahan menerapkan. Di antaranya, kata dia, Banjarmasin, Balikpapan, hingga Denpasar yang telah dijadikan percontohan.

"Tapi itu tidak boleh kita bunuh plastik, karena digunakan juga ditempat lain. Penggantinya mungkin plastik cassava melalui singkong, tapi memang tinggi cost-nya karena permintaannya rendah. Tetapi, kalau branding ini jalan, harganya akan naik dan ciptakan perusahan baru lapangan kerja baru," tegasnya. (asp)