Indonesia Emas 2045, Faisal Basri: Mustahil Kalau Masih Krisis Energi

Pengamat ekonomi dan politik Faisal Basri saat hadir dalam Konferensi Regional Akuntansi di Malang, Jawa Timur, pada Kamis, 3 Mei 2018.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Indonesia tengah menghadapi ancaman krisis energi di samping besarnya ancaman krisis ekonomi dan keuangan akibat pandemi COVID-19. Pada Kuartal III-2020 ekonomi Indonesia diperkirakan pemerintah masuk resesi.

Ekonom Senior sekaligus Kepala Dewan Penasihat Indonesia Research and Strategic Analysis, Faisal Basri, mengatakan krisis itu karena rendahnya tingkat produksi ketimbang kebutuhan domestik.

Dia mengatakan, kesenjangan itu menyebabkan defisit energi berkepanjangan. Pada 2019 defisit energi, khususnya minyak mentah dan produk dari minyak dikatakannya sudah mencapai US$20 miliar.

"Dan 2040 defisit energi berpotensi mencapai US$80 miliar. Kalau bisnis as usual omong kosong kita 2045 bisa emas," kata Faisal di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin, 31 Agustus 2020.

Akibat kondisi defisit energi yang begitu besar itu, Faisal memperkirakan, Indonesia bisa menjadi negara maju pada 2045 adalah mimpi yang mustahil direalisasikan. Sebab, anggaran akan habis hanya untuk energi.

"Karena kita tergopoh-gopoh untuk memperkuat energi kita. Uangnya dari mana US$80 miliar, hampir mustahil. Ini kenapa saya katakan krisisnya di depan mata," tegas Faisal.

Saat ini saja, Faisal mengatakan, kemampuan Indonesia untuk memproduksi minyak hanya mencapai 781 barel per hari pada 2019, sedangkan konsumsinya 1,73 juta barel per hari.

"Sehingga hampir 1 juta barel itu harus kita tutup dengan impor. Akibatnya defisit energi dari mulai crude oil lebih banyak impor jadi minus kemudian oil product defisitnya meningkat gila-gilaan," ungkapnya. (ase)