Pensiun Dini atau PHK di Tengah Pandemi, Apa yang Harus Dikerjakan

Gabriel Dwiyani Estuningsih merasa usia 55 tahun untuk pensiun masih terlalu muda.
Sumber :
  • abc

Pandemi COVID-19 sudah menjungkirbalikkan keadaan dunia selama beberapa bulan terakhir, termasuk di dunia pekerjaan.

Bagaimana keadaan mereka yang karena aturan harus pensiun di tahun pandemi, atau terpaksa diberhentikan oleh perusahaan tempat mereka bekerja, atau harus melakukan pensiun dini?

Bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun, ketika keadaan fisik dan mental masih memungkinkan mereka bekerja namun terjadi "kekacauan" karena pandemi apa yang bisa dilakukan?

ABC Indonesia berbicara dengan beberapa warga di Indonesia yang mengalami berbagai hal ini dengan situasi dan pencapaian yang berbeda-beda.

Gabriel Dwiyani Estuningsih baru saja pensiun di tahun 2020 dari pekerjaannya di sebuah perusahaan farmasi besar, setelah 30 tahun bekerja di sana.

Ini disebabkan karena aturan di perusahaannya menetapkan karyawan yang sudah berusia 55 tahun harus pensiun.

"Karena adanya aturan perusahaan, saya sudah sejak usia 50 tahun mempersiapkan diri untuk pensiun lima tahun lagi," kata Yani nama panggilannya kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya.

"Secara keuangan, saya sudah mempersiapkan diri, sehingga tidak masalah. Secara mental lima tahun sebelum pensiun telah menyiapkan pengganti saya saat pensiun.

"Dengan demikian saat pensiun saya tidak mengalami post power syndrome." katanya lagi.

Yani yang tinggal di Tangerang Selatan (Banten) ini mengatakan bahwa setelah pensiun dia sudah menjalankan beberapa usaha lebih sebagai kegiatan untuk menyibukkan diri secara mental.

"Saya menekuni bisnis pempek yang telah dirintis 2 tahun yang lalu; memasak dan membuat roti/snack yang dulu tidak pernah ada waktu untuk dilakukan”.

"Juga beres beres rumah untuk mewujudkan impian hidup minimalis tanpa banyak barang, menikmati kebersamaan bersama keluarga terutama suami, lebih memiliki waktu luang untuk mengurus dan memperhatikan ibu yang tinggal bersama saya," kata lulusan Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta ini.

Namun dia mengatakan bahwa dirinya masih merasa muda dan karenanya berusaha mencari pekerjaan lain setelah pensiun dari pekerjaan lamanya.

"Dua bulan setelah pensiun, saya dapat pekerjaan baru sebagai konsultan. Ini memang sudah saya rencanakan, menjadi konsultan di bidang kompensasi dan benefit," katanya.

Di masa pandemi ini menurutnya, banyak perusahaan berusaha menekan biaya yang tidak mendesak, termasuk menyewa konsultan, namun Yani mengatakan merasa beruntung bisa mendapat pekerjaan.

"Pekerjaan sampingan yang saya lakukan saat ini adalah membuat dan mengkaji peraturan perusahaan dari beberapa perusahaan," katanya lagi.

Pensiunan dini beberapa bulan setelah kaki diamputasi Setelah pensiun dini dari Harian Kompas, Banu Astono merasa beruntung mendapat pekerjaan baru segera.

Foto: Supplied

Kalau Gabriel Dwiyanti Estuningsih pensiun di usia 55 tahun, Banu Astono, mantan wartawan harian Kompas di Jakarta semula membayangkan dia akan pensiun dari tempatnya bekerja di tahun 2025 ketika dia berusia 60 tahun.

Namun dia kemudian memutuskan menerima tawaran pensiun dini pada tanggal 1 November 2019 di usia 55 tahun setelah merasa mendapat tekanan psikologis dari suasana kantor tempatnya bekerja di mana ada suasana bahwa mereka yang sudah berusia 50 tahun ke atas dianggap tidak lagi memiliki kinerja optimal di tengah perubahan media yang sangat cepat di Indonesia dan juga di dunia pada umumnya.

Dalam penjelasannya kepada ABC Indonesia Banu Astono mengatakan dia sebenarnya berat menerima tawaran tersebut karena dia baru saja menjalani operasi transplantasi ginjal di tahun 2018 dan amputasi kaki kiri di bawah lutut bulan Januari 2019.

"Saya gundah karena saya harus mengonsumsi obat dan pemeriksaan laboratorium lengkap berbiaya sekitar Rp9 juta setiap bulan, padahal pensiun saya sekitar Rp10 juta per bulan," katanya.

"Saya gundah apa lagi yang bisa saya kerjakan setelah pensiun. Kondisi sudah jauh dari sehat, ginjal tinggal satu itu pun cangkok dan kaki kiri yang ditopang dengan kaki palsu," kata Banu lagi.

Namun menurutnya, di tengah guncangan batin dan tekanan psikologis karena kehilangan banyak aktivitas muncul kabar baik.

"Salah satu sahabat yang sudah terjalin sejak lama Rachmat Gobel terpilih jadi anggota DPR. Ia menelepon dan meminta saya membantunya mulai November itu juga”.

"Kebetulan ia terpilih menjadi salah satu ketua yakni wakil ketua DPR Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan”.

"Saya diminta membantu aktivitas penulisan rilis, naskah pidato serta kajian soal plus-minus aktivitasnya di publik," kata Banu yang berasal dari Surabaya Jawa Timur tersebut.

Dan Banu merasa beruntung bahwa dia pensiun dini hanya beberapa bulan sebelum terjadinya pandemi COVID-19.

"Saya masih mendapat pesangon dari berbagai program yang dibayar tunai. Pasca saya keluar saya lihat industri media massa di bawah korporasi tempat saya bekerja mulai melorot kinerjanya dihantam pandemi, termasuk Kompas Grup," katanya lagi.

"Kini saya justriu lebih bisa tersenyum, tak terbayang jika saya masih bertahan di dalamnya di masa pandemi ini mungkin tidak akan ada lagi program yang sebaik program tahun lalu”.

"Putusan yang awalnya pahit justru menguntungkan buat saya yang pensiun lebih awal di usia 55 tahun." kata Banu Astono.

"Tidak pernah terbayang akan di-PHK plus ada pandemi" Millyani Sukristiati diberhentikan dari pekerjaannya lebih setahun lalu dan masih mencari pekerjaan lagi di bidangnya.

Foto: Supplied

Millyani Sukristiati yang sebelumnya kerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang periklanan tidak pernah menduga sebelumnya akan diberhentikan dari tempatnya bekerja.

"Kami ramai-ramai kena PHK dengan yang lain di kantor karena kantor saya merger dengan kantor lain," kata perempuan berusia 52 tahun tersebut.

"Karena alasan merger itu kita di-PHK di bulan Agustus 2019."

Menurut Milly, nama panggilannya, semua itu terjadi secara tiba-tiba dan sekarang lebih setahun kemudian dia belum mendapat lagi pekerjaan di bidang yang sudah ditekuninya selama 14 tahun tersebut sebagai produser senior.

"Tidak pernah terbayang kalau bakal di-PHK plus ada pandemi segala," kata Milly yang tinggal di Jakarta tersebut.

"Jadi tidak punya persiapan apa pun semua datangnya secara tiba-tiba."

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sekarang Milly mengatakan sudah memulai usaha menjual makanan online, dan juga mengandalkan pada tabungan yang dimilikinya.

"Setelah di-PHK dan selama pandemi ini saya dan adik saya usaha kecil-kecilan jual makanan online buat kesibukan selama di rumah daripada bengong," lanjut perempuan yang masih lajang tersebut.

Ke depan, Milly mengatakan bahwa dia akan tetap berusaha mencari pekerjaan di bidang yang dikuasainya yaitu iklan.

"Meski di saat pandemi ini agak susah cari kerja tapi saya tetap optimis kalau suatu hari nanti saya dapat kerja lagi," katanya.

"Saya tidak mau menyerah tetap usaha cari kerja”.

Pensiun sendiri setahun lebih cepat dari seharusnya Andang Lukitomo pensiun setahun lebih cepat dari yang direncanakan semula.

Foto: Supplied

Kalau Milly tidak membayangkan akan kehilangan pekerjaan, Andang Lukitomo sudah mempersiapkan diri dengan pensiun satu tahun lebih awal dari yang seharusnya atas kemauan sendiri.

"Saya memang sudah menyiapkan beberapa hal ketika mengajukan pensiun lebih awal dan juga ada beberapa hal yang membuat saya memutuskan mengambil lebih awal," kata Andang kepada ABC Indonesia.

Salah satunya adalah dia memperkirakan prosedur pengajuan pensiun di kantornya yang "rumit" dan lama.

"Dan ketika keputusan turun di awal Maret, kondisi makro sudah makin buruk karena adanya pandemi." kata Andang yang sebelumnya bekerja di Bank Syariah Mandiri di Jakarta tersebut.

Pandemi membuat beberapa hal yang sebelumnya sudah direncanakan oleh Andang Lukitomo untuk dilakukan menjadi batal.

"Waktu mengajukan pensiun saya sudah ada komitmen untuk kerjaan di luar tapi sekarang jadinya batal”.

"Menyesal? Ya sedikitlah tapi kan keadaan tidak bisa diulang lagi ya jadi dijalanin saja." kata pria asal Pekalongan (Jawa Tengah) tersebut.

Sama seperti yang lain, Andang mengatakan sekarang di usia 55-56 tahun, secara mental dan fisik, mereka belum siap untuk sepenuhnya pensiun dan tidak berkegiatan sama sekali.

"Saya sekarang masih menerima beberapa kerjaan kecil-kecil dan ada beberapa prospek pekerjaan yang sudah saya tindaklanjuti”.

"Saya jalankan semuanya saja dan sambil melihat mana yang lebih memuaskan. Kalau semua bisa jalan sekaligus tentu lebih baik," katanya yang banyak memiliki pengalaman bekerja di bidang Human Resources (HR) tersebut.