Bisnis Offline dan Online Semakin Akrab, Brand Wajib Tahu Strategi Ini

Ilustrasi E-commerce.
Sumber :
  • DealStreetAsia

VIVA – Sistem dengan model bisnis lintas channel yang menghubungkan operasional bisnis offline dengan online atau omnichanel, dinilai menjadi solusi bagi brand atau pelaku usaha guna memaksimalkan kinerjanya di e-Commerce.

Komisaris Sirclo dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (2015-2019), Triawan Munaf mengatakan, sekitar 74,5 persen konsumen tetap berbelanja secara offline dan online saat pandemi. Namun komposisinya tetap banyak memilih berbelanja online.

Triawan menjelaskan mengenai pentingnya menerapkan strategi omnichannel. Pertama, brand membutuhkan sebuah strategi yang mengintegrasikan sumber daya offline dan online mereka. Apalagi, konsumen di Asia Tenggara pun mulai menuntut adanya pengalaman berbelanja yang seamless di setiap platform.

"Dengan demikian,  strategi omnichannel menjadi solusi untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang konsisten serta dipersonalisasi,” kata Triawan dalam webinar bertajuk 'Mendorong Adaptasi Digital Melalui Strategi Omnichannel', dikutip dari keterangannya, Rabu, 27 Oktober 2021.

Strategi omnichannel, menurut Triawan mutlak harus dikuasai pelaku usaha guna mempersiapkan diri menghadapi perkembangan perdagangan digital di masa depan. Sebab, strategi ini menggabungkan kanal online dan offline mulai dari pembayaran, touch point penjualan, fulfillment & investaris, logistik dan pengiriman, ERP, dan pelanggan.

Apalagi menurutnya, pada 2022 diprediksikan bahwa e-Commerce di Indonesia akan bergerak bersama-sama (hand-in-hand) dengan toko offline. Akses untuk berbelanja online pun akan terdistribusi dengan lebih merata dari daerah Jawa maupun luar Jawa. 

"Tidak dipungkiri, masa depan retel di Indonesia akan menjadi sebuah gabungan antara kanal belanja online dan offline,” tegasnya. 

Karena itu dia menegaskan, para pelaku UMKM dituntut untuk bisa berpikir konstruktif agar produk-produk lokal mereka bisa berkembang dengan cepat. Saat ini para pelaku UMKM lokal sudah sangat tahu kompetisi pasar sehingga mereka berlomba-lomba dalam membuat keunikan produk. 

UMKM sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia, tentunya harus gencar go digital dan memanfaatkan peluang yang menunggu baik di pasar lokal maupun internasional. Sebagai upaya dan strategi Pemerintah untuk mendorong percepatan digitalisasi ekonomi.

Baca juga: Dana BLBI Sudah Masuk Kas Negara Ratusan Miliar, Ini Rinciannya

Asisten Deputi Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian, Rizal Edwin Manansang menjelaskan  bahwa upaya Pemerintah dalam membantu UMKM dilakukan melalui dua pendekatan. 

Yang pertama adalah menguatkan ekosistem UMKM itu sendiri, seperti memudahkan perizinan, memberikan insentif perpajakan, sertifikasi produk, serta memudahkan akses terhadap pasar, pembiayaan, dan bahan baku. Pendekatan kedua adalah penguatan ekosistem e-Commerce itu sendiri.

E-commerce.

Photo :
  • Unsplash

“Pemerintah akan terus menciptakan iklim usaha yang adil, membuat aturan soal pembayaran digital, logistik, menyiapkan infrastruktur digital dan lain-lain. Satu hal yang tidak kalah penting adalah memperluas literasi digital dan membentuk mindset yang benar dari para pengusaha,” tambah Rizal.

Rizal turut mengapresiasi peran setiap pemain dalam ekosistem e-Commerce dalam negeri, termasuk Sirclo dalam mempercepat proses digitalisasi ini. Agar brand mampu menghadirkan pengalaman omnichannel yang optimal kepada konsumen, brand membutuhkan ekosistem e-Commerce yang kuat dan terukur, yang dapat difasilitasi oleh kemampuan e-Commerce enabler.  

Founder dan Chief Executive Officer Sirclo Brian Marshal mengatakan, kata kunci dalam dunia digital adalah keterbukaan informasi dan data. Semua harus bisa terukur secara transparan dan memiliki standar. 

"Melalui laporan riset e-Commerce yang SIRCLO luncurkan dengan dukungan Katadata Insight Center, diharapkan para penyedia platform dapat membudayakan riset dan membaca data untuk mengambil langkah ke depan, agar perekonomian Indonesia semakin maju,” tambahnya.