Neraca Perdagangan RI Surplus 33 Bulan Berturut-turut, Januari 2023 Capai US$3,87 Miliar

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya/tangkapan layar

VIVA Bisnis – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 tercatat mengalami surplus sebesar US$3,87 miliar. Capaian surplus perdagangan RI ini sudah berturut-turut dalam 33 bulan.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah menjabarkan, surplus neraca perdagangan itu adalah karena nilai ekspor yang mencapai US$22,31 miliar, sedangkan nilai impornya mencapai US$18,44 miliar

"Neraca perdagangan barang Januari 2023 tercatat surplus sebesar US$3,87 miliar. Sehingga, neraca perdagangan Indonesia sampai dengan Januari 2023 ini membukukan surplus selama 33 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Habibullah, Rabu, 15 Februari 2023.

Ekspor-Impor

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Dia menjelaskan, meskipun nilai ekspor Januari 2023 mencapai US$22,31 miliar, namun capaian itu turun 6,36 persen dibandingkan bulan Desember 2022. Secara rinci, ekspor migas tercatat naik 0,98 persen atau dari US$1,47 miliar menjadi US$1,49 miliar.

"Terjadi juga penurunan untuk ekspor non-migas secara bulanan, yakni sebesar minus 6,84 persen atau turun dari US$22,36 miliar menjadi US$20,83 miliar," imbuhnya.

Habibullah menambahkan, untuk perkembangan ekspor secara month-to-month (mtm), dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan ekspor Indonesia tiap bulan Januari memiliki pola yang sama, jika dibandingkan dengan bulan Desember sebelumnya. Yaitu selalu mengalami penurunan secara month-to-month.

Penurunan ekspor secara total ini melanjutkan penurunan yang juga terjadi di bulan Desember 2022. Di mana, ekspor secara total turun 1,10 persen terhadap November 2022, dan penurunan ekspor pada lima bulan terakhir sudah terjadi baik dari sisi nilai maupun volume.

Penurunan ekspor non-migas sebesar 0,84 persen (mtm) pada Januari 2023, disebabkan oleh bahan bakar mineral (HS 27) yang turun 8,19 persen, dan biji logam (HS 26) yang juga turun 36,44 persen. Kemudian, komoditas lemak dan minyak hewani dan nabati (HS 15) juga turun 9,95 persen, seiring besi dan baja (HS 72) yang turun 9,26 persen. "Sementara ekspor migas meningkat 0,98 persen, didorong oleh peningkatan hasil minyak yang naik 71,41 persen dan secara volume naik 51,47 persen," kata Habibullah.

Selanjutnya, untuk perkembangan ekspor Indonesia secara year-on-year (yoy), secara total ekspor Januari 2023 dibandingkan Januari 2022 meningkat 16,37 persen atau dari US$19,7 miliar menjadi US$22,31 miliar.

"Baik kategori migas maupun non-migas sama-sama mengalami kenaikan. Untuk migas naik sebesar 65,03 persen, atau dari US$0,90 miliar menjadi US$1,49 miliar. Demikian juga pada Januari 2022, untuk ekspor non-migas naik dari US$18,27 miliar menjadi US$20,83 miliar, atau naik 13,97 persen," ujarnya.