Kasus Kebencian terhadap Umat Yahudi terus Berlanjut di Eropa

Situs memorial di Sinagoge Yahudi di Strasbourg, sebuah kota di Prancis bagian timur, dirusak - Wakil wali kota Strasbourg, Alain Fontanel
Sumber :
  • bbc

Serangkaian peristiwa perusakan memorial, kuburan umat Yahudi, hingga penyerangan fisik terhadap kelompok Yahudi terjadi di beberapa negara di Eropa beberapa tahun belakangan ini.

Yang terbaru, sebuah situs memorial di Sinagoge Yahudi di Strasbourg, sebuah kota di Prancis bagian timur, dirusak, ujar wakil wali kota Strasbourg, Alain Fontanel.

Pada kicauan Twitternya, Fontanel mengunggah gambar marmer memorial yang terlepas dari alasnya. Ia menyebut serangan itu sebagai tindakan anti-Semitisme baru di kotanya.

Memorial itu berdiri di situs sinagoge yang dibakar oleh Nazi pada September 1940.

Bulan lalu, puluhan kuburan di pemakaman Yahudi dicorat-coret.

Gambar Swastika dan slogan-slogan anti-Semit disemprotkan di kuburan. Presiden Emmanuel Macron mengunjungi pemakaman yang terletak di Quatzenheim itu setelah insiden tersebut.

Macron menyatakan "tekad bulatnya untuk memerangi gerakan anti-Semitisme dalam segala bentuk".

Setelah kejadian terakhir di Strasbourg, Fontanel berkata: "Sayangnya, sejarah berulang." Dia mengatakan pejabat terkait dan polisi sedang melakukan pencarian terhadap orang-orang yang merusak memorial itu.

Perancis memiliki komunitas Yahudi terbesar di Eropa, setidaknya sebanyak 550.000 orang.

Tren kenaikan kasus anti-Semit di Prancis

Statistik yang diterbitkan bulan lalu menunjukkan peningkatan sebanyak 74% dalam kasus anti-Semit di Prancis, dari 311 kasus pada 2017 menjadi 541 pada tahun 2018.

Dalam satu kasus, jendela sebuah toko roti milik kaum Yahudi di Paris dicoret-coret dengan kata "Juden" (Yahudi dalam bahasa Jerman).

Bulan lalu, polisi juga turun tangan untuk melindungi filsuf, Alain Finkielkraut, setelah ia dibombardir dengan ejekan anti-Yahudi oleh sekelompok pengunjuk rasa "rompi kuning" di Paris.

Kelompok-kelompok Yahudi mengatakan meningkatnya gerakan kanan-ekstrem ( far-right ) telah memicu gerakan anti-Semitisme dan kebencian terhadap kelompok minoritas lainnya.

Selain di Prancis, survei yang dilakukan Badan Hak Asasi Uni Eropa pada tahun 2018, menunjukkan kasus serupa juga terjadi di negara-negara lain di Eropa seperti Jerman, Belgia, Polandia, and Swedia.

Kasus serupa di Jerman

Data kejahatan yang dirilis otoritas Jerman minggu lalu mengungkapkan kasus anti-Semit telah meningkat 10% selama tahun lalu - termasuk peningkatan 60% dalam serangan fisik.

Pemerintah Jerman mengatakan mayoritas serangan dilakukan kelompok ekstrem kanan dan Islam.

Josef Shcuster, kepala Dewan Pusat kelompok Yahudi di Jerman, mengatakan angka itu menunjukkan bahwa tindakan tegas pemerintah "sangat dibutuhkan".


Kasus anti-Semit di Jerman meningkat 10% selama tahun lalu - Getty Images

"Angka terakhir ini belum resmi, tetapi setidaknya angka itu mencerminkan kecenderungan [anti-Semit] - dan itu menakutkan," katanya dalam sebuah pernyataan kepada BBC.

"Apa yang dianggap sebagai kesan subjektif di kalangan orang Yahudi sekarang terkonfirmasi dalam bentuk statistik."

Tahun lalu, pemerintah Jerman mengumumkan bahwa tim khusus akan dikirim ke sekolah-sekolah Jerman untuk memerangi anti-Semitisme.

Kanselir Angela Merkel mengatakan setiap orang bertanggung jawab untuk memiliki pendekatan "nol toleransi" terhadap anti-Semitisme dan bentuk-bentuk xenofobia lainnya.

"Orang-orang yang tumbuh dewasa di era ini harus tahu apa yang dapat dilakukan orang-orang di masa lalu dan kita harus bekerja proaktif untuk memastikan hal itu tidak pernah terulang," kata Merkel.

Kasus anti-semitisme meningkat tajam di Swedia

Data Badan Hak Asasi Uni Eropa pada tahun 2018 menunjukkan peningkatan tajam pada kasus anti-semitisme di Swedia.

Pada tahun 2017, kampanye kebencian neo-Nazi memaksa sebuah komunitas Yahudi di kota utara Umea berhenti beraktivitas.

Kemudian pada bulan Desember 2018, tiga lelaki asal Timur Tengah melemparkan bom bensin ke sebuah sinagog di Gothenburg ketika orang-orang muda sedang mengadakan pesta. Serangan itu terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Populasi Yahudi Swedia hanya 20.000 orang dan sebagian besar sangat berhati-hati untuk tidak menonjol.


- Getty Images

"Kebanyakan orang Yahudi di Swedia tidak menunjukkan kepada publik bahwa mereka adalah orang Yahudi," kata Isak Reichel, sekretatis jeneral komunitas Yahudi pusat di Swedia.

"Mereka tidak berjalan-jalan dengan kippah. Jika mereka memiliki Bintang Daud di leher mereka, mereka menyembunyikannya. Anak-anak di sekolah tidak mengatakan mereka adalah orang Yahudi," katanya kepada BBC.

Apa yang terjadi di Inggris?

Mayoritas insiden anti-Semitisme di Inggris adalah perlakuan kasar terjadap kelompok Yahudi dan pada tahun 2017 jumlahnya mencapai rekor, menurut Community Security Trust, sebuah badan amal yang bekerja sama dengan polisi untuk melindungi orang Yahudi.

Selama berbulan-bulan di musim panas tahun lalu, anti-Semitisme menjadi pusat wacana politik, dengan pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn, dituding anti terhadap kelompok Yahudi.


Organisasi Community Security Trust mengatakan kasus insiden anti-Semit di Inggris adalah mencapai rekor di tahun 2017 - Getty Images

Partai tersebut memperdebatkan peran Israel dalam definisi anti-Semitisme yang diadopsi oleh Aliansi Pengingat Holocaust Internasional (IHRA). Buruh akhirnya setuju pada definisi itu di bulan September, tetapi menambahkan pernyataan tentang melindungi kebebasan berbicara.

Beberapa minggu kemudian anggota Partai Buruh keturunan Yahudi, Luciana Berger, menghadiri konferensi tahunan partai dengan dikawal anggota kepolisian.

Rekomendasi Dewan Uni Eropa

Dewan Uni Eropa telah menyerukan kepada negara-negara untuk menggunakan definisi anti-Semitisme yang ditetapkan IHRA sebagai panduan dalam pendidikan dan pelatihan.

Badan hak asasi UE juga mendesak negara-negara anggotanya untuk "bekerja sama secara sistematis" dengan komunitas Yahudi untuk melindungi situs-situs Yahudi. Selain itu, badan tersebut meminta negara anggota untuk mendampingi korban saat melaporkan serangan yang mereka alami.