Inilah Macam Strategi Negara-negara Dunia Hadapi Pandemi Corona

Jepang masih belum memutuskan apakah Olimpiade 2020 yang akan digelar 24 Juli masih akan bisa digelar atau tidak akibat virus corona.
Sumber :
  • abc

Virus Corona sudah menyebar di 155 negara dan sudah dinyatakan sebagai pandemi global. Pakar kesehatan internasional mengimbau dua pendekatan utama yang bisa dilakukan untuk mengentikan laju penyebaran COVID-19.

Dalam beberapa terakhir, warga sudah mendengar istilah social distancing dan lockdown, sebagai upaya pencegahan penyebaran.

Keduanya memiliki perbedaan arti yang harus dipahami, selain juga memiliki kelebihan dan kelemahannya dalam keberhasilan mengatasi virus Corona.

Social distancing adalah usaha untuk meminta warga tidak melakukan kontak fisik yang terlalu dekat antara satu sama lain, karena kedekatan jarak berpotensi menyebarkan virus lewat tetesan air liur.

Pergeseran dari pendekatan social distancing ke lockdown terjadi di beberapa negara, di mana menurut pakar hal ini dilakukan ketika kasus sudah mencapai 1.000, maka negara sudah harus mempertimbangan dengan serius untuk kemungkinan lockdown.

Berikut ini adalah bagaimana langkah yang dilakukan sejumlah negara untuk mengatasi peredaran virus Corona.

Jepang Jepang telah menutup seluruh sekolah sejak akhir Februari 2020 untuk mencegah penyebaran virus corona.

Reuters: Athit Perawongmetha

Di Jepang sejauh ini sudah terjadi 1.523 kasus Corona termasuk, 696 kasus diantaranya tertular saat berada di kapal pesiar Diamond Princess. 34 warga di Jepang meninggal karena terjangkit COVID-19.

Sempat ada kekhawatiran setelah penyebaran di kapal pesiar tersebut, virus akan dengan cepat merebak di kalangan warga lainnya, apalagi 25 persen penduduknya berusia 65 tahun ke atas, yang masuk kelompok paling rentan meninggal terkena virus.

Jepang sejauh ini berhasil mencegah penyebaran, salah satunya setelah menutup sekolah sejak bulan Februari

Mereka tidak menerapkan lockdown, tapi membatasi pergerakan warga, termasuk menghentikan beberapa kegiatan.

Singapura dan Hong Kong

Sama seperti Jepang, Singapura dan Hong Kong juga hanya membatasi pergerakan warga.

Di Singapura sejauh ini ada 243 kasus, belum ada laporan yang meninggal dan lebih dari 100 orang dinyatakan sembuh.

Singapura mendapat pujian dari organisasi kesehatan dunia (WHO), karena dianggap telah berhasil mengurangi penyebaran.

"Singapura berhasil mencegah penularan karena pendekatan yang dilakukan semua aspek pemerintahan," kata Dirjen WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Di Hong Kong hingga kini tercatat 157 kasus, enam diantaranya meninggal dan 88 dinyatakan sembuh.

Seperti halnya di Singapura, pemerintah Hong Kong dengan cepat berusaha menemukan kasus Corona yang ada di wilayah mereka.

Salah satunya adalah melakukan pelakacan terhadap siapa saja yang sudah melakukan dengan mereka yang dinyatakan positif tertular COVID-19.

Isolasi dan karantina juga diberlakukan bagi mereka yang tertular.

Sudah ada lebih dari 8.000 orang terjangkit virus corona di Korea Selatan.

AP: Ahn Young-joon

Korea Selatan

Negara ini memiliki pendekatan yang berbeda, yakni dengan melakukan tes COVID-19 dengan cepat dan dalam jumlah besar.

Mereka juga menggunakan teknik baru, seperti menyediakan klinik bergerak, dimana warga bisa datang tanpa harus datang ke rumah sakit atau klink yang berisi pasien lain.

Sempat menjadi negara dengan kasus terbanyak di luar China, Korea Selatan mencatat lebih dari 8.300 kasus positif dengan 75 kematian.

Tapi tak seperti di China, mereka tidak menerapkan lockdown sepenuhnya, karena menganggap metode ini tak bisa dilakukan di sebuah negara yang demokrasi.

China

China sejauh ini sudah menunjukkan keberhasilan mengatasi virus Corona dengan melakukan lockdown sepenuhnya, meski tidak secara nasional.

China menjadi negara yang melakukan karantina terbesar dalam sejarah dalam menangkal virus corona, dengan menutup 16 kota sejak akhir Januari.

"Lockdown" di Provinsi Hubei, di mana kota Wuhan berada dilakukan secara bertahap.

Sebelumnya warga masih diperbolehkan keluar, namun kemudian dibuat semakin ketat dengan hanya beberapa perwakilan orang yang bisa membeli makanan atau ke apotek.

Otoritas keamanan dikerahkan di China saat penyebaran virus corona semakin meningkat.

Reuters via China Daily

Saat mengantri pun dibuat jarak yang cukup jauh antar warga.

Jumlah kematian di China melebihi 3.200 orang, paling tinggi di dunia dengan total yang sembuh 68.777 orang.

Sampai selasa siang, sudah ada lebih dari 81.000 kasus COVID-19 di China, dengan kebanyakan terjadi di provinsi Hubei.

Dalam 24 jam terakhir, hanya ada 21 kasus baru di China dengan 13 kematian.

Eropa

Italia kini menjadi negara kedua terburuk kasus virus Corona, setelah China, dengan 27.980 kasus, 2.158 kematian, di mana dalam 24 jam terakhir ada 349 orang yang meninggal.

Di Italia, lockdown diberlakukan secara nasional mulai 10 Maret lalu, yang melarang hampir seluruh kegiatan 60 juta warga.

Pelarangan termasuk membuka toko, restoran, mendatangi tempat ibadah, dan ke sejumlah tempat lainnya.

Mengikuti Italia, Spanyol menjadi negara Eropa kedua yang menetapkan lockdown, sejak Sabtu lalu (14/03).

Kemudian disusul dengan negara Prancis yang menutup seluruh bisnis yang dianggap tidak penting bagi warga.

Prancis telah melaporkan peningkatan tajam kasus COVID-19, yang kini sudah mencapai 4.500 orang.

Reuters: Gonzalo Fuentes

Mulai hari Senin, pemerintah mereka menerapkan "lockJepandown" sepenuhnya, dengan melarang pertemuan warga dan juga kegiatan di luar rumah.

Sementara Denmark menjadi negara Eropa pertama yang menutup perbatasan negaranya untuk mencegah penyebaran virus Corona, yang akan berlaku hingga 13 April mendatang.

"Kami sadar sepenuhnya bahwa penutupan akan membawa dampak serius." kata PM Denmark Mette Frederiksen dalam jumpa pers.

"Kita melihat situasi di Italia yang berkembang ke arah yang mengerikan," katanya.

"Segala yang kami lakukan adalah guna memastikan kita mengatasi situasi ini dengan cara yang lain."

Rusia sudah menutup perbatasan dengan Polandia dan Norwegia, setelah sebelumnya sudah menutup perbatasan dengan China.

Dan mulai tanggal 18 Maret sampai 1 Mei, Rusia juga akan melarang semua warga asing untuk masuk ke negara tersebut, kecuali diplomat dan awak pesawat dan sejumlah orang lainnya.

Hari Senin, Uni Eropa melarang perjalanan yang tidak penting dilakukan di wilayah tersebut selama paling kurang 30 hari.Jerman juga menutup perbatasannya dengan Prancis, Swiss, Austria, Denmark dan Luxembourg.

El Salvador

Salah satu negara di Amerika Latin, El Salvador, belum menemukan status virus Corona, namun sudah mengaktifkan sejumlah darurat sudah menerapkan pengukuran darurat.

El Savador kini sudah menutup perbatasannya, melarang warganya berkumpul.

Sekolah ditutup selama tiga minggu dan warga yang baru datang dari luar negeri harus menjalani karantina selama 30 hari.

"Saya tahu ini akan dikritik namun mari kita tempatkan diri seperti di Italia. Italia pasti berharap mereka sudah melakukan ini sebelumnya," kata Presiden El Salvador Nayib Bukele pekan lalu.

"Sistem layanan kesehatan kita tidak setingkat dengan Italia. Juga tidak setingkat dengan Korea Selatan."

Sementara itu negara lainnya, seperti Kanada, telah menutup perbatasannya bagi mereka yang bukan warga negara tersebut, warga tetap atau warga negara Amerika Serikat.

Kenya menjadi negara Afrika pertama yang menutup sekolah dan melarang masuk mereka yang bukan warga negaranya.

Hari Rabu (18/03), Malaysia mulai melarang semua perjalanan dari dan ke negara tersebut dan menutup semua bisnis yang dianggap tidak penting, kecuali pasar, industri media, bank, dan layanan kesehatan.

Selama bulan April, Malaysia juga melarang pertemuan dalam jumlah besar.

"Kita tidak bisa menunggu lagi sampai situasi menjadi lebih buruk." kata Perdana Menteri Malaysia yang baru Muhyiddin Yassin.