Inggris Perluas Uji Coba Bakal Vaksin COVID-19 ke Manusia

Ilustrasi vaksin
Sumber :
  • Shutterstock / University of Oxford

VIVA – Tim peneliti Inggris kembali mengumumkan kemajuan terkait riset vaksin untuk melawan virus corona (COVID-19). Setelah Universitas Oxford, Imperial College London yang turut didanai pemerintah akan memperluas lokasi uji coba manusia ke wilayah-wilayah lain di seluruh Inggris.

Baca juga: Mahasiswa Indonesia Terlibat Pembuatan Vaksin Corona di Oxford

Mulai minggu depan, vaksin terobosan ini, yang telah menerima pendanaan lebih dari £40 juta (Rp747 miliar) dari Pemerintah Inggris dan £5 juta (Rp 93 miliar) dari sumbangan filantropi, akan diujicobakan di enam pusat (studi) tambahan. Studi pra-klinis pada tikus telah menunjukkan bahwa vaksin tersebut dapat menghasilkan antibodi yang sangat spesifik terhadap SARS-CoV-2, yang mampu menetralkan virus.

Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Selasa 28 Juli 2020, mengungkapkan bahwa vaksin dari Imperial College London ini akan diujicobakan kepada lebih dari 200 orang di enam lokasi: Rumah Sakit Chelsea dan Westminster NHS Foundation Trust, Imperial College Healthcare NHS Trust, Rumah Sakit Universitas St George NHS Foundation Trust, University College London NHS Foundation Trust, Universitas Surrey dan Rumah Sakit Universitas Southampton NHS Foundation Trust.

Para partisipan dengan rentang usia 18-75 tahun akan menerima dua imunisasi dalam waktu empat minggu. Bakal vaksin ini telah diujicobakan kepada 92 sukarelawan. 

“Uji coba ini telah berjalan dengan baik, dan lokasi-lokasi tambahan ini akan memungkinkan kami untuk mengevaluasi lebih lanjut keamanan dan imunogenisitas vaksin ini, serta memberikan data klinis penting. Kami menantikan perluasan uji coba dengan mitra kami di lokasi-lokasi tambahan,” kata Dr Katrina Pollock, kepala bagian klinis di studi COVAC1 di Imperial College. 

Metode unik RNA yang dapat memperkuat diri

Vaksin Imperial College ini didasarkan pada pendekatan baru yang menggunakan untaian kode genetik sintetis (disebut RNA), dari bahan genetik virus. Setelah disuntikkan ke dalam otot, untaian RNA akan memperbanyak diri - melalui proses duplikasi diri - dan menginstruksikan sel-sel tubuh untuk membuat salinan protein runcing yang ditemukan di bagian luar virus. 

Lapisan ini akan melatih sistem kekebalan tubuh untuk merespons virus corona sehingga tubuh dapat dengan mudah mengenali dan mempertahankan diri terhadap virus COVID-19 di masa depan. Jika percobaan ini berhasil, vaksin Imperial College ini dapat memberikan dosis efektif dari volume yang relatif rendah, sehingga cocok untuk diproduksi secara masif dengan biaya yang relatif rendah.

"Hasil awal dari data pra-klinis cukup menjanjikan, dan perluasan uji coba kami ke pusat-pusat (studi) tambahan akan memberikan data lebih lanjut tentang keamanan vaksin, dan respon imun,” ujar Prof. Robin Shattock, ketua pengembangan vaksin COVID-19 di Imperial College.

Sementara itu, Pemerintah Inggris mengungkapkan rasa optimis akan kemajuan riset tersebut. “Saya sangat bangga dengan betapa cepatnya para ilmuwan dan peneliti Inggris bekerja bersama menemukan vaksin coronavirus. Pemerintah Inggris mendukung penuh kerja keras Imperial College melalui investasi lebih dari £40 juta (Rp747 miliar). Meskipun masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menemukan vaksin yang aman dan efektif, saya yakin kita bisa menghadapi tantangan ini," kata Menteri Bisnis Inggris Alok Sharma.

"Metode menggunakan RNA yang dapat memperkuat diri ini adalah platform yang kuat dan memiliki peran kunci dalam mempersiapkan diri kita menghadapi pandemi ke depannya," demikian menurut Kate Bingham, Kepala Gugus Tugas Vaksin Inggris.