Politikus Eropa Ini Disorot, Ikut Pesta Seks Gay Saat Lockdown

Jozsef Szajer berupaya kabur dari polisi, namun aksinya menjadi tajuk utama pemberitaan di Eropa.-EUROPEAN PARLIAMENT
Sumber :
  • bbc

Tidak sulit mencerna bagaimana petualangan politisi Hongaria, Jozsef Szajer, menjadi tajuk utama pemberitaan di media massa Eropa pekan lalu.

Pada satu sisi, ada sorotan mengenai dampak terhadap kesehatan masyarakat ketika seorang politisi menghadiri pesta di sebuah kafe di Brussels bersama 25 tamu lainnya yang jelas merupakan pelanggaran protokol kesehatan saat karantina wilayah alias lockdown di Belgia.

Di sisi lain ada kemunafikan. Bagaimana bisa seorang penyusun pelarangan pernikahan gay dalam konstitusi Hongaria berada di satu ruangan penuh pria-pria telanjang dalam acara yang disebut surat kabar setempat sebagai `pesta seks`?

Ada pula sisi komedinya ketika seorang anggota Parlemen Eropa berupaya kabur dari lokasi kejadian dengan memanjat pipa talang air.

Jozsef Szajer, salah satu pendiri partai ultra-konservatif Fidesz, mengaku "kesalahan langkahnya" murni pribadi dan seharusnya tidak dipandang sebagai cerminan atas negaranya atau komunitas politiknya.

Tapi imbauan Szajer boleh jadi tidak didengar khalayak umum.

Getty Images
Anggota Parlemen Eropa dari Hongaria itu ditangkap saat berupaya kabur dari bar di Brussels dengan memanjat pipa talang air.

 

Hak gay di Hongaria

Fidesz adalah partai yang menjadi duri dalam daging di Uni Eropa mengingat parpol tersebut punya rekam jejak membungkam suara-suara kritis di media, memperluas kendali pada sistem hukum, dan membatasi hak-hak gay dalam pernikahan dan adopsi.

Szajer sendiri adalah sosok penyusun konstitusi Hongaria yang menetapkan bahwa pernikahan merupakan sebuah tindakan heteroseksual.

Dia mundur dari jabatannya sebagai anggota Parlemen Eropa sebelum rincian kasusnya mendapat sorotan publik. Namun, begitu kasusnya muncul di media, tampaknya dia sendiri paham bahwa karier politiknya telah usai.

Lagipula, bagaimana Szajer bisa dimaafkan oleh kolega-koleganya di Partai Fidesz yang tidak bersimpati pada hak-hak gay setelah koordinator pesta seks menjabarkan aktivitas mereka kepada surat kabar Het Laatste Nieuws?

"Kami ngobrol sedikit, kami minum sedikit, seperti di kafe. Satu-satunya perbedaan adalah kami juga sembari berhubungan seks satu sama lain. Saya tidak melihat ada yang salah dengan itu," kata David Manzheley, koordinator pesta seks di sebuah kafe di Brussels.

Dipecat secara dingin

Pemimpin Partai Fidesz sekaligus Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, merespons kabar ini dengan dingin.

Tindakan Szajer, kata Orban, "tidak punya tempat pada nilai-nilai keluarga politik kami". Walaupun kontribusi Szajer pada perkembangan Partai Fidesz tidak akan dilupakan, tindakannya "tidak bisa diterima dan tidak dapat dibela", tambah Orban.

Orban adalah pemimpin cerdik dan efektif, yang membangun reputasi politiknya sebagai aktivis oposisi penyeru pemilu bebas dan diakhirinya pendudukan Uni Soviet di Hongaria.

Namun, respons Orban terhadap Szajer mengingatkan khalayak pada individu-individu bermasalah atau memalukan pada era Soviet yang tiba-tiba menjadi "bukan-manusia". Dan itulah yang mungkin terjadi pada nasib Szajer.

European Parliament
Viktor Orban (kiri) dan Szajer merupakan sekutu politik sejak lama.

Perbedaan nilai

Kasus Szajer menggambarkan perbedaan budaya antara Eropa Barat dan Eropa Timur dalam topik seperti hak-hak gay.

Presiden Polandia, Andrzej Duda, memenangi pemilihan umum pada musim panas lalu dengan menyerukan bahwa ideologi LGBT lebih berbahaya ketimbang komunisme, klaim yang diutarakan di negara yang diduduki Uni Soviet dengan harga yang mahal selama lebih dari 40 tahun.

Sedangkan di Eropa Barat, David Manzheley selaku koordinator pesta seks yang dihadiri Szajer, mengeluhkan sesuatu yang dapat menggambarkan perbedaan nilai itu.

"Polisi mengatakan `KTP, sekarang!` Namun kami bahkan tidak memakai celana dalam. Bagaimana kami bisa menunjukkan kartu identitas kami?"

Sulit membayangkan Viktor Orban atau Andrzej Duda melontarkan kritik terhadap polisi seperti itu. Yang jelas David Manzheley tidak dikritik atas preferensi seksualnya, tapi tindakannya yang melanggar protokol kesehatan.

Perlakuan media terhadap kasus itu di Eropa Barat mencerminkan revolusi pada perilaku terhadap topik seperti hak gay yang dimulai pada 1960-an di sejumlah negara, namun mendapat momentum luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, bahkan di negara yang berhaluan konservatif seperti Irlandia.

Argumen Manzheley bahwa dia menyediakan tenaga kesehatan pada pesta tersebut untuk melakukan rapid test untuk Covid-19 juga tidak membuatnya kebal atas kritik mengenai pelanggaran protokol kesehatan.

Itu mungkin satu-satunya topik yang tidak ditoleransi siapa pun saat ini.