Kasus Langka, Perempuan Ini Sembuh dari Virus HIV Tanpa Obat

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Getty Images


Seorang perempuan dari Argentina tampaknya telah mengenyahkan HIV dari tubuhnya tanpa obat-obatan atau penanganan medis kasus kedua yang pernah tercatat di dunia.

Para dokter meyakini sistem kekebalan tubuh sang pasien yang menendang keluar virus tersebut.

Hasil beragam tes terhadap lebih dari satu miliar sel pada tubuh sang pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi, demikian dilaporkan jurnal Archives of Internal Medicine.

Jika proses ini bisa ditiru, para pakar menilai ada harapan untuk memberantas HIV atau menyembuhkan pasien-pasien dengan virus penyebab penyakit AIDS itu.

Memberantas HIV


Temuan ini adalah bukti lanjutan bahwa ada sejumlah orang yang lahir dengan ketahanan alami terhadap HIV.

Beberapa orang punya gen yang mencegah tubuh terpapar vírus HIV.

Lainnya—termasuk "pasien Esperanza" yang tidak ingin identitasnya dipublikasikan—tampak telah terpapar tapi kemudian tubuhnya berhasil mengenyahkan virus HIV.

Baca juga:

Pasien Inggris `bebas` HIV setelah pengobatan sel punca
Obat HIV: Sejumlah rumah sakit kehabisan stok, pemerintah klaim persediaan nasional aman
`Saya merasa darah dan sperma saya beracun`


Berbeda dari kasus-kasus langka ini, sebagian besar orang dengan HIV memerlukan terapi antiretroviral (ART) seumur hidup mereka.

Jika mereka berhenti mengonsumsi obat-obatan tersebut, virus HIV bisa muncul lagi dan menimbulkan masalah.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada sejumlah laporan mengenai keberadaan "kaum elite pengendali"—mereka yang mampu menekan kemunculan virus HIV tanpa obat-obatan.

Adam Castillejo, contohnya. Pria asal London ini mampu menghentikan konsumsi harian pil HIV setelah menerima donor sel punca untuk mengatasi kanker yang juga dia alami.

Sel-sel dalam tubuhnya yang terpapar HIV lantas dapat digantikan selama terapi kanker.

Beruntung bagi Adam, donor sel punca yang diterimanya adalah bagian dari 1% orang-orang yang lahir dengan gen pencegah HIV sehingga vírus HIV tidak bisa masuk dan menular ke sel-sel tubuh.

Meski demikian, belum diketahui berapa lama Adam akan menikmati hal ini.

Harapan bagi pasien-pasien HIV


Para dokter yang memeriksa pasien Esperanza belum mendeteksi virus HIV pada tubuh perempuan tersebut selama lebih dari delapan tahun.

Fenomena serupa dialami Loreen Willenberg dari San Francisco, Amerika Serikat. Seperti pasien Esperanza, Loreen pun tampak pulih dari HIV berkat sistem kekebalan tubuhnya.

Kedua kasus ini menawarkan harapan bagi pasien-pasien dengan HIV lainnya.

Dr Xu Yu, dari Ragon Institute of Massachusetts General Hospital selaku penyelidik utama, berkata: "Mungkin ada jalur yang dapat ditempuh untuk mendapatkan sterilisasi bagi orang-orang yang tidak bisa pulih dengan sendirinya.

"Kami tengah menatap kemungkinan menerapkan kekebalan semacam ini terhadap orang-orang yang mengonsumsi ART, melalui vaksinasi, dengan tujuan mendidik kekebalan tubuh mereka agar mampu mengendalikan virus tersebut tanpa ART."

`Infeksi gagal`


Prof John Frater, dari University of Oxford, mengatakan bahwa walau hampir mustahil menilai seseorang benar-benar sembuh dari HIV, para penyelidik telah melakukan "sebanyak mungkin yang bisa dilakukan dengan teknologi saat ini" untuk membuktikannya.

"Pertanyaan kuncinya adalah apakah pasien ini memang benar-benar menyembuhkan diri mereka atau, alternatifnya, mengalami infeksi gagal, yang mencoba terus menyerang tapi bisa dipadamkan sejak dini," ujarnya.

"Sistem kekebalan tubuhnya jelas memperlihatkan riwayat telah terinfeksi, sehingga sepertinya tidak ada pertanyaan apakah dia telah terpapar.

"Meski demikian, mungkin ada pasien-pasien semacam itu di luar sana, yang bisa banyak dipelajari dalam pencarian penyembuh HIV."

Prof Sarah Fidler, seorang pakar dalam obat-obatan HIV di Imperial College London, pengkajian kasus-kasus ini akan membantu menginformasikan terapi kekebalan tubuh yang saat ini sedang dikembangkan.

Namun, Dr Andrew Freedman dari Fakultas Kedokteran Universitas Cardiff mengatakan obat-obatan HIV saat ini luar biasa efektif. Dia mengingatkan bahwa riset pengobatan memang penting, namun prioritas yang mendesak saat ini adalah membuat ART dapat semakin mudah diakses pasien-pasien dengan HIV.