Pandemi COVID-19 Beri Kesempatan Bagi Difabel Bekerja dari Rumah

Samantha Spence mendapatkan pekerjaan di masa pandemi setelah sebelumnya berhenti kerja selama 15 tahun. (ABC News: Brant Cumming)
Sumber :
  • abc

Pandemi membuat banyak orang kehilangan pekerjaan. Namun bagi mereka yang memiliki disabilitas justru memberikan mereka kesempatan.

Perubahan cara bekerja yang bisa dilakukan di rumah memberi kesempatan warga difabel untuk bisa mendapat kerja, yang biasanya tidak bisa melakukan sebuah pekerjaan karena ketidakmampuan secara fisik di tempat kerja.

Samantah Spence, 57 tahun, memutuskan untuk kembali bekerja setelah menghabiskan waktu beberapa tahun untuk hidup dengan kondisi kesehatannya yang mengalami 'multiple sclerosis' (MS).

Penyakit 'multiple sclerosis' adalah sklerosis ganda adalah di mana sistem kekebalan tubuh dalam diri seseorang menyerang lapisan lemak yang melindungi serabut saraf.

Mereka mengalami gangguan saraf pada berbagai organ tubuh seperti otak, mata dan tulang belakang, serta pada penglihatan dan gerakan tubuhnya.

Samantha sebelumnya pernah bekerja menjadi manajer toko, desain interior dan perawat di klinik gigi. 

Walau sudah memiliki banyak pengalaman dia masih mengalami kesulitan menemukan posisi yang cocok baginya karena harus dilakukan di luar rumahnya.

"Sangat susah sekali di mana hampir tidak ada pekerjaan yang memungkinkan saya bekerja dari rumah," katanya,

Tapi saat pandemi terjadi, dia melihat banyaknya lowongan kerja yang bisa dilakukan dari rumah.

Bulan Februari lalu dia mendapatkan kerjaan paruh waktu dengan sebuah perusahaan hemat energi.

"Saya betul-betul merasa senang," katanya.

"Saya merasa memberikan kontribusi, saya merasa saya memberikan sesuatu tidak saja untuk saya sendiri, tapi juga untuk keluarga."

Ibu dari dua anak yang tinggal di Adelaide, ibu kota Australia Selatan, mengatakan dengan bekerja dari rumah dia bisa mengatur ritme kehidupannya yang diwarnai dengan masalah kejang-kejang, sakit, rasa capek dan kesulitan bergerak karena MS yang dialaminya.

Samantha mengalami rasa sakit di bagian kanan tubuhnya, yang bisa membuatnya tidak bisa bergerak bila tidak memantau dengan saksama apa yang dilakukannya.

"Ketika rasa kesemutan muncul membuat saya akan sulit melakukan pergerakan," katanya.

"Itulah makanya kalau saya harus mengendarai ke tempat kerja, melakukan pekerjaan selama delapan jam sehari, lima hari seminggu, maka semuanya akan sulit dilakukan."

Ruang kerja Samantha di rumahnya yang dibuat dengan bantuan dari The MS Society, berisi satu kursi dengan sandaran punggung, bantal untuk menopang kaki kanannya, dan ruang untuk bisa melakukan peregangan, dan juga cukup ruangan untuk anjing yang membantunya Boston.

"Saya bisa bergerak melakukan latihan fisik tanpa harus khawatir mengganggu orang lain," katanya.

Samantha mengatakan bisa kembali bekerja juga  membuat kepercayaan dirinya meningkat.

"Saya tidak merasa tidak berguna, karena sebelumnya saya sudah tidak bekerja begitu lama, dan memiliki otak yang seperti berkabut karena MS, membuat saya berpikir bahwa saya tidak bisa lagi belajar hal baru."

"Namun ternyata saya dengan cepat bisa belajar lagi.

"Kalau saya tidak tahu sesuatu, saya bisa dengan cepat bertanya di Teams kepada yang lain."

Pengajar masalah disabilitas di Flinders University  di Adelaide Dr June Alexander mengatakan pandemi menyebabkan banyak dari mereka yang difabel kehilangan pekerjaan di sektor yang memang paling terpengaruh seperti pariwisata dan layanan jasa di industri minuman dan makanan.

Namun pandemi juga membuka kesempatan bagi yang lain.

"Dan itu berkenaan dengan  jam kerja yang luwes dan bisa bekerja dari rumah, sehingga ini merupakan hal yang menguntungkan bagi mereka yang difabel," katanya.

Dr Alexander mengatakan mereka yang mengalami masalah kesehatan sering kali mengalami rasa sakit atau kelelahan di jam yang berbeda setiap hari.

"Jadi bisa bekerja dari rumah membuat mereka bisa mengambil waktu istirahat sendiri dan kemudian bekerja lagi, jadi jam kerja yang fleksibel sangat penting bagi mereka," katanya.

Laporan dari tahun 2020 yang dibuat oleh Australian Institute of Health and Welfare menunjukkan ada 48 persen mereka yang difabel yang bekerja, sementara yang tidak difabel 80 persen bisa bekerja.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa 93 persen mereka yang difabel yang tidak bekerja akan mengalami kesulitan untuk menemukan pekerjaan.

Dr Alexander mengatakan dia sudah mendengar 'ratusan pengalaman bagus' dari mereka yang difabel 'yang kehidupannya berubah setelah mendapat kerja".

"Dan itulah sebabnya saya bekerja di bidan gin, karena memang bisa mengubah hidup seseorang," katanya.

Dr Alexander mengatakan ada begitu banyak keuntungan bagi seseorang yang bisa bekerja.

"Dalam soal kesehatan mental kita tahu bahwa lebih baik bagi semua orang untuk bekerja, karena meningkatkan kepercayaan diri," katanya.

"Juga jelas meningkatkan kemampuan kita untuk melakukan kegiatan dan membeli sesuatu yang kita suka, jadi penting sekali untuk memiliki pekerjaan.

"Dalam budaya kita juga, hal pertama yang ditanya kalau kita bertemu orang adalah apa pekerjaan anda?"

"Jadi bisa mengatakan apa yang kita lakukan dan bangga dengan hal tersebut, akan sangat berharga bagi mereka yang difabel dan tentu yang lain juga."

Dengan 'lockdown' di Australia sudah mulai dilonggarkan, banyak yang masih berharap cara kerja fleksibel ini masih akan terus berlanjut.

"Bisa bekerja lagi, saya sangat bersyukur mereka memberi saya kesempatan dan percaya dengan saya," kata Samantha.

"Senang sekali bisa bekerja, bisa merasa berguna lagi."

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News