Omicron Muncul dari Afrika Bukti Negara-negara Kaya Tak Adil Berbagi

Program vaksinasi Di Afrika. Getty Images via BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Varian Covid-19 Omicron, pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, menyebabkan beberapa negara di dunia menerapkan pembatasan baru dan memperketat akses masuk di perbatasan.

Mantan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown mengatakan kemunculan strain baru itu "tidak mengejutkan".

Dia menyebut kemunculan baru ini kembali mengingatkan kita tentang kegagalan negara-negara kaya yang tidak mau berbagi vaksin.

Apakah negara-negara di Afrika bagian selatan memiliki jumlah vaksin yang cukup, dan apakah orang-orang yang membutuhkan vaksin bisa benar-benar mendapatkannya?

Bagaimana perbandingan tingkat vaksinasi?

Rata-rata tingkat vaksinasi global lebih dari 100 dosis per 100 orang. Bahkan banyak negara kaya tingkat vaksinasinya jauh melebihi itu.

Namun di Afrika Selatan, hanya 42 dosis vaksin per 100 orang.

Di wilayah lainnya, masih di kawasan Afrika bagian selatan, tingkat vaksinasi bahkan lebih rendah.

Lesotho, misalnya, sudah memberikan kurang dari 30 dosis vaksin per 100 orang, sementara Namibia hanya 25 dosis vaksin.

BBC

Apakah pasokan vaksin sudah cukup?

Negara-negara Afrika mengandalkan kombinasi kesepakatan bilateral, donasi, dan skema pembagian vaksin Covax untuk menggelar vaksinasi

Awal tahun ini, negara-negara di Afrika berjuang untuk mendapatkan pasokan vaksin melalui Covax.

Situasinya mulai membaik pada Juli dan Agustus.

Meskipun pasokan dosis vaksin ke negara-negara Afrika telah meningkat, Aliansi Vaksin Global (Gavi) mengatakan sejauh ini sumbangan bersifat "ad hoc, diberikan dengan minim pemberitahuan dan umur simpan vaksin yang pendek".

Hal tersebut membuat negara-negara itu sulit untuk merencanakan program vaksinasi, kata Gavi dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.

Di Afrika Selatan, misalnya, pekan lalu kementerian kesehatan menunda pengiriman dosis vaksin karena stok terlalu banyak.

Wakil direktur jenderal kementerian kesehatan negara itu mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Afrika Selatan memiliki stok 16,8 juta dosis vaksin.

Beberapa negara di Afrika harus membuang dosis vaksin karena melewati tanggal kadaluwarsa.

Data yang diberikan oleh proyek penelitian Airfinity menunjukkan 384 juta dosis vaksin telah dikirim ke Afrika untuk populasi lebih dari 1,2 miliar orang.

Afrika Selatan sudah menerima 32,5 juta dosis, untuk populasi sekitar 40 juta orang dewasa.

Botswana memiliki sekitar 2,4 juta dosis vaksin yang diberikan untuk 2,3 juta orang, dan Namibia sekitar satu juta dosis vaksin untuk 2,5 juta orang.

Mengapa penyerapannya rendah?

Pasokan yang tidak merata jelas menjadi masalah, tetapi fakta bahwa Afrika Selatan harus menunda pengiriman dosis menunjukkan ada hal lain yang terjadi.

Menteri Kesehatan Afrika Selatan Joe Phaahla mengatakan "berita palsu" terkait vaksin membuat orang, terutama kelompok usia yang lebih muda, tidak percaya vaksin.

Ada banyak ketakutan tentang keamanan vaksin, ditambah lagi kurangnya informasi terkait vaksin.

Berdasarkan bukti dari uji klinis skala luas dan miliaran orang yang mendapat vaksinasi, komplikasi serius sangat jarang terjadi, bahkan pada orang yang lebih muda.

Beberapa klaim yang beredar di masyarakat terbukti benar-benar salah.

Orang juga enggan divaksin karena melihat fakta bahwa orang masih bisa terkena Covid meski sudah divaksin.

Menurut hasil penelitian yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Afrika Selatan, hal ini membuat beberapa orang percaya bahwa vaksin tidak berfungsi.

Padajal bukan itu masalahnya.

Benar bahwa seseorang mungkin masih tertular Covid, tetapi bagi kebanyakan orang infeksi itu akan jauh lebih ringan karena vaksin bisa mengurangi gejala, membuat orang tidak harus dirawat inap, dan mengurangi kematian akibat virus secara masif.

Getty Images
Vaksinasi di Zimbabwe.

Masalah menjangkau lebih banyak daerah pedesaan

Ketakutan terhadap efek samping dan keamanan vaksin menjadi dua alasan terbesar orang tidak mau divaksinasi. Yang ketiga adalah akses, termasuk waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan ke pusat-pusat vaksinasi.

Di barat laut Afrika Selatan, banyak warga pedesaan tidak memiliki akses yang mudah ke tempat vaksinasi, menurut laporan yang dibuat untuk kementerian kesehatan.

Ada juga masalah dengan pasokan di area tertentu. Mereka kehabisan dosis.

Sarah Downs, seorang peneliti vaksin dan penyakit menular di Universitas Wits di Johannesburg, mengatakan ada "lebih banyak keraguan daripada retorika antivaksin" di Afrika Selatan.

Dalam beberapa kasus orang-orang yang mau divaksinasi menghadapi hambatan lain, seperti pihak klinik yang tidak menghampiri warga atau kesalahpahaman bahwa warga harus membayar untuk mendapatkan suntikan vaksin.

Transportasi umum yang buruk di beberapa daerah membuat situasi lebih sulit.

Warga harus mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk pergi ke klinik, katanya.

Sebagai gambaran bagaimana hal ini bisa terjadi, hasil survei yang dilakukan oleh University of Johannesburg menemukan, orang kulit putih lebih meragukan vaksin daripada orang kulit hitam, tetapi kemungkinan orang kulit putih mendapatka vaksinasi lebih besar karena akses yang lebih baik ke fasilitas kesehatan.

BBC
BBC
BBC