Sistem Upah Baru Pekerja Pertanian Australia akan Dimulai Akhir April

Terhitung mulai 28 April 2022, pekerja sektor pertanian harus dibayar menurut upah minimum per jam, meskipun sistem bayaran menurut jumlah produksi tetap berlaku. (ABC: Kath Sullivan)
Sumber :
  • abc

Terhitung mulai 28 April, sistem penggajian baru untuk pekerja sektor pertanian Australia mulai diterapkan. Pekerja yang biasanya dibayar sesuai dengan jumlah produksi kini harus dijamin dengan ketentuan upah minimum per jam.

Untuk pekerja kasual, misalnya, upah minimumnya saat ini A$25,41, atau lebih dari Rp250 ribu per jam.

Pekerja pertanian masih dapat dibayar dengan upah per satuan produksi, sesuai dengan kemampuan produktivitas mereka.

Pekerja yang ulet harus diizinkan untuk mendapatkan 15 persen upah di atas ketentuan minimum, atau hampir AU$30, atau lebih dari Rp300 ribu per jam.

Perubahan ini diumumkan oleh lembaga Fair Work Commission menyusul kemenangan gugatan banding Serikat Pekerja Australia (AWU).

Ketua AWU, Daniel Walton menyebut perubahan sistem penggajian akan menciptakan kepastian bagi pekerja.

"Jika mereka lebih produktif, mereka dapat memanen lebih banyak, maka mereka dapat memperoleh upah lebih banyak lagi di atas ketentuan minimum," kata Daniel kepada ABC.

"Hal itu akan mendorong mereka lebih produktif, sehingga hasilnya lebih baik bagi petani, dan juga baik untuk pekerja," katanya.

Ketika Fair Work Commission memutuskan sistem upah borongan tidak lagi berlaku, Menteri Pertanian David Littleproud memperingatkan hal itu bakal mendorong kenaikan harga buah dan sayuran segar.

Aturan baru, biaya produksi baru

Beberapa petani, seperti Emma Germano, sudah membayar pekerjanya dengan tarif per jam.

Namun ketua Federasi Petani Victoria ini mengatakan perubahan ini bakal menambah biaya produksi buah dan sayuran segar sehingga berdampak di seluruh sektor.

"Biaya tenaga kerja adalah bagian tertinggi dari biaya produksi, bisa mencapai 60 persen dari penerimaan kotor di sektor pertanian," kata Emma.

"Tak perlu dipertanyakan lagi hal ini bakal berdampak pada harga," ucapnya.

Sejumlah petani khawatir perubahan ini semakin membuat parah kondisi sektor pertanian yang kekurangan ribuan pekerja.

"Sebelumnya, tidak ada paksaan bagi pengusaha pertanian untuk memastikan pekerja yang kurang produktif agar menjadi produktif. Toh mereka dibayar secara proporsional sesuai efisiensi dan produktivitas mereka sendiri," kata Emma.

"Sekarang setelah adanya tarif dasar, seorang petani harus memutuskan apakah mereka tetap mempekerjakan pekerja (yang tidak produktif) karena pasti membebani biaya produksi," jelasnya.

Tarif borongan biasanya dibayarkan untuk pekerja tanaman yang tidak dapat dipanen secara mekanis, termasuk buah jeruk, ceri, apel, dan buah beri.

Aturan baru harus ditegakkan

Para petani yang tergabung dalam Australian Fresh Produce Alliance menyumbang lebih dari setengah omset industri pertanian di Australia.

Ketua organisasi ini, Michael Rogers, mengatakan perlunya ada pengawasan yang lebih baik tentang cara penggajian pekerja.

"Posisi kami sangat jelas, siapa pun yang tidak membayar dan memperlakukan pekerja dengan benar dan adil, sebaiknya meninggalkan industri ini," tegas Rogers.

"Tindakan seperti itu melemahkan petani yang sudah melakukan hal yang benar," katanya.

"Ini tidak terbatas pada upah per satuan produksi yang sudah banyak disoroti. Tapi bila ada pengusaha atau kontraktor yang ingin memperlakukan orang dengan buruk, mereka tampaknya menemukan cara baru dan unik untuk melakukannya," tutur Rogers.

Menurut dia, perubahan sistem penggajian pekerja pertanian akan menyebabkan pengusaha pertanian melakukan restrukturisasi.

"Implikasi dari keputusan itu jauh menjangkau para majikan yang belum membayar pekerjanya dengan baik," katanya.

Rogers menyebutkan jika ada tambahan 15 persen upah tarif pekerja kasual, hal itu akan mendorong tarif rata-rata menjadi A$30 per jam, "yang dalam pandangan siapa pun merupakan uang yang banyak untuk pekerjaan memetik buah."

Ada peran supermarket

Menurut Emma Germano, perternak yang juga petani sayuran, supermarket seharusnya hanya membeli dari petani yang melakukan hal yang benar.

"Jika tidak, apa pun sistemnya, berapa pun tarif upah minimumnya, bagaimana pun kita menghitung tarif per satuan, semua tak ada pengaruhnya" katanya.

"Dalam banyak kasus, ketika kita melihat stroberi seharga AU$1 per kotak, sayur kol tersedia dengan harga AU$1, itu semua tidak membantu kelanjutan industri ini," jelasnya.

"Saya kira kita akan mulai melihat harga sebenarnya dari bahan makanan sekarang di rak-rak supermarket," ucap Emma.

"Jika petani tidak dibayar cukup untuk produksinya, satu-satunya jalan pintas yang bisa diambil adalah mengurangi biaya tenaga kerja dan biaya lingkungan," katanya. 

Rogers mengatakan supermarket tidak bisa menurunkan harga eceran di bawah "tingkat yang sangat rendah".

"Begitu stroberi mencapai A$1 per kotak, itu sangat memberatkan bagi petani, bagi para pekerja, dan marginnya sangat ketat," katanya.

Sementara itu di lembah Goulburn Valley di Victoria, para petani bersiap menyambut perubahan sistem penggajian.

Juru bicara Petani Buah Victoria, Michael Crisera, menyerukan pengawasan yang lebih ketat terhadap pengecer dan pengolah.

"Kami sangat khawatir karena kelihatannya terlalu fokus untuk memastikan semua orang dibayar dengan benar," kata Crisera.

"Tapi sepertinya tidak ada perhatian pada supermarket untuk memastikan mereka membayar harga ke petani dengan benar," ujarnya.

Serikat pekerja AWU mengatakan mereka ingin memastikan supermarket membayar harga yang pantas ke petani.

"Kami ingin memastikan bahwa ada harga yang wajar dibayarkan kepada para petani," kata Daniel Walton.

"Jika penentu utama harga pasar, baik itu jaringan supermarket Coles dan Woolworths, menetapkan harga yang menyebabkan petani terpaksa merampok upah pekerja, maka itu jadi masalah besar," ucapnya.

AWU, katanya, bekerja dengan para pengecer untuk "mengatasi masalah dalam rantai pasokan mereka".

“Kami ingin bekerja sama dengan petani untuk memastikan mereka mendapatkan harga yang adil sehingga pekerja bisa mendapatkan upah yang adil pula,” katanya.

Tanggapan dari pihak supermarket

Menanggapi pertanyaan dari ABC, jaringan supermarket Coles mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk memperlakukan secara adil semua pekerja.

"Coles secara proaktif memantau para pemasok kami dalam risiko dan kepatuhan sumber pasokan yang etis, termasuk melalui melibatkan auditor eksternal," kata Coles dalam sebuah pernyataan.

Secara terpisah, jaringan supermarket Woolworths menyatakan mereka membayar harga pasar untuk pasokan buah dan sayuran segar.

"Di Woolworths, kami selalu berusaha mencapai keseimbangan sehingga pelanggan memiliki akses ke produk segar berkualitas tinggi dan terjangkau, dan pemasok menerima harga pasar yang wajar," katanya.

"Kami akan terus memantau mitra pemasok kami saat perubahan aturan diterapkan," jelasnya.

"Kami berharap para pemasok kami menegakkan hak-hak pekerja melalui kebijakan sumber daya yang bertanggung jawab dan melakukan uji tuntas secara teratur," tambahnya.

Sementara jaringan supermarket Aldi menyatakan pihaknya memiliki kode etik dan standar yang harus diikuti oleh pemasoknya.

Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News untuk ABC Indonesia